Megengan Sebuah Tradisi dalam Menyambut Ramadhan

JATENGPOS.CO.ID,  DEMAK – Menyongsong datangnya bulan suci Ramadan 1443 hijriyah takmir Masjid Agung Demak telah menyiapkan berbagai kegiatan. Kegiatan keagamaan yang terbuka untuk umum mulai dilaksanakan H-1 Ramadan. Masjid Agung peninggalan wali sembilan ini sempat dua kali Ramadan tidak menyelenggarakan kegiatan yang bersifat umum namun hanya terbatas pada pengurus dan takmir saja selama pandemi Covid-19.

Menurut ketua umum takmir Masjid Agung Demak Abdullah Syifa dengan meredanya kasus Covid-19 dan melonggarnya aturan dari pemerintah, takmir masjid telah menyiapkan kegiatan keagamaan untuk umum dalam mengisi ibadah di bulan suci hingga Idul Fitri, Rabu ( 30/3/22).

” Untuk menyongsong dan mengisi kegiatan keagamaan di bulan ramadan 1443 Hijriyah atau tahun ini, kami sudah menyiapkan 16 kegiatan selama 30 hari, dari awal puasa hingga Idul Fitri. Dan sudah kita susun serta kita tunjuk penanggung jawab kegiatanya atau pengampu kegiatan” Jelas Abdullah Syifa.

Dijelaskan oleh ketua Takmir, beberapa kegiatan tersebut adalah Megengan, salat tarawih, salat  sunnah tasbih siang, salat sunnah tasbih siang dan I’tikaf, tarhim, tadarus Al Quran setelah salat tarawih, tadarus Al Quran ba’dal zuhur jami’iyah ibu-ibu, pengajian kuliah subuh, pengajian pesantren Ramadhan, pengajian posonan, pengajian umum PHBI Nuzulul Quran, penerimaan zakat fitrah zakat mal dan sedekah, penerimaan dan pembagian takjil buka puasa dan sahur, takbir mursal dan muqoyyad, dan diakhiri dengan salat idul fitri.


Baca juga:  Bertahap, KAI Purwokerto Tambah Stasiun yang Melayani Vaksinasi

Ditambahkan Abdullah Syifa kegiatan bulan ramadan diawali dengan Megengan dalam menyambut ramadan, shalat tarawih,  tarhim, shalat tasbih siang, shalat tasbih malam likuran atau I’tikaf. Kemudian juga dilaksanakan Tadarus Alqur’an setelah shalat tarawih, setelah shalat dhuhur oleh jam’iyyah ibu ibu. Pengajian kuliah subuh dilanjutkan pengajian pesantren Ramadan.

Kegiatan keagamaan lainya lanjut Abdullah Syifa, ada pengajian umum Nuzulul Qur’an, Zakat Fitrah, Takbir Mursal dan Shalat Idul Fitri hingga Halal Bil halal.

” Sedangkan untuk buka puasa dan sahur kita ada kegiatan penerimaan dan pembagian ta’jil dan sahur. Dan banyak para dermawan yang bersedekah menitipkan ta’jil maupun Santap sahur pada panitia atau petugas kami” Jelas Abdulkah Syifa.

Yang menarik dalam kegiatan menyambut Ramadhan kali ini adalah diadakannya kembali tradisi megengan yang sudah dua tahun atau sejak pandemic ditiadakan. Tradisi ini adalah suatu tanda-tanda bahwa kita akan segera memasuki bulan Pasa (Ramadhan), bulan dimana umat Islam diwajibkan berpuasa. Yakni ibadah wajib bagi umat Islam untuk menahan dengan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa tersebut. Seperti menahan hawa nafsu, baik makan, minum, hubungan seksual dan nafsu lainnya

Selanjutnya Megengan sendiri adalah tradisi masyarakat Jawa pada umumnya sehingga tidak hanya dilakukan di Demak saja, namun juga terdapat di daerah Jawa TengahYogyakarta, dan Jawa Timur. Adapun arti kata megengan dalam Bahasa Jawa adalah menahan diri.

Baca juga:  Disdukcapil Jepara Gandeng PMI Gratiskan Cek Golongan Darah Bagi Pemohon Perekaman KTP-el

Perlu diketahui, sebelum dilakukan megengan, warga Demak biasanya melakukan ziarah kubur di makam para leluhur atau saudara yang sudah mendahului, sembari melakukan bersih makam dan tabur bunga.

Untuk tradisi megengan di Demak sendiri dipusatkan di Masjid Agung Demak, yang diawali dengan sambutan bupati Demak Eistianah dan takmir masjid Demak, serta diakhiri dengan doa Bersama agar perjalanan Demak ke depan lebih baik dan terhindar dari hal-hal yang buruk. Setelah itu dilanjutkan dengan pemukulan beduk oleh bupati dan kapolres Demak dan dilanjutkan dengan pentas kesenian daerah dan drumband.

Dalam kesempatan itu, Bupati Demak mengatakan kebahagiaannya bisa melaksanakan megengan kembali setelah dua tahun vakum.

“Menyambut Ramadhan 1443 H ini kita dapat melaksanakan kembali kegiatan Megengan, mengingat 2 (dua) tahun sebelumnya tidak dapat kita laksanakan karena masih dalam pandemi Covid-19. Semoga tradisi ini dapat kita dijadikan sebagai ajang silaturahmi masyarakat Demak sekaligus untuk melestarikan  nilai-nilai budaya yang sarat dengan ajaran agama,” ujar Bupati.

“Megeng bermakna menahan hawa nafsu menjelang bulan Ramadhan sebagai aba-aba maupun pertanda bagi kita agar mempersiapkan jiwa dan raga untuk beribadah di bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah, penuh ampunan dan rahmat Allah SWT. Di dalamnya terdapat keutamaan-keutamaan dan hikmah khusus yang diberikan Allah SWT kepada hambanya yang ikhlas dan tulus menjalankan ibadah puasa, serta ibadah-ibadah lainnya,” imbuh bupati kemudian.

Baca juga:  Polresta Solo Bantu Pekerja Paket Bibit Ikan *Untuk Ketahanan Pangan

Selanjutnya bupati juga mengajak masyarakat untuk mengisi bulan Ramadhan dengan niat tulus beribadah serta bersedekah kepada sesama.

“Makmurkan masjid dan musholla dengan beragam kegiatan syiar keagamaan, salah satunya sholat tarawih berjamaah dan tadarus al-qur’an. Selain itu, kendalikan diri kita agar tidak  berlaku konsumtif dan tetap menerapkan pola hidup sehat,” pungkasnya.

Sementara itu Sari salah seorang warga Mangunjiwan Demak kota yang datang ke masjid Agung Demak Bersama putranya, mengaku senang bisa menikmati kembali tradisi yang sudah dua tahun vakum.

“Rasanya sangat senang bisa kembali menikmati tradisi megengan yang biasanya kita ikuti menjelang bulan puasa. Biasanya saya mencari sate kerang, salah makanan yang paling sering muncul pada saat tradiri megengan,” terangnya.

Selain megengan kegiatan yang rutin dilakukan oleh takmir masjid Demak adalah mengadakan pengajian bakda Ashar yang diikuti oleh ratusan jamaah yang datang dari berbagai penjuru Demak bahkan dari luar kota, dan dilanjutkan dengan berbuka puasa Bersama. (*)