JATENGPOS.CO.ID, SOLO – Gerakan literasi guru terus menggeliat. Sejalan dengan kebutuhan angka kredit kenaikan pangkat, maka guru semakin minat menulis.
Hal tersebut tidak lepas dari peran media. Baru-baru ini, Jateng Pos bekerjasama SangPengajar.com dan KLG Jateng, menggelar pelatihan menulis tahap ke -27 bagi guru, kepala sekolah, pengawas, dan umum.
Pelatihan dilaksanakan sejak Minggu (4/7 dan 11/7) secara virtual menggunakan mocrosoft Teams.
Kendati sudah diadakan berulang kali, setiap pelatihan peserta selalu membludak. Bahkan pada pelatihan kali ini terdaftar 143 guru.
Menurut Agus Dwiyanto, selaku Owner SangPengajar.com, dirinya sudah memfasilitasi 3000an guru menulis. Rata-rata peserta menulis memang untuk kebutuhan angka kreditnya.
Meski demikian, guru juga didorong untuk menulis publikasi jenis lainya.
Direktur Jateng Pos, Bejan Syahidan yang hadir secara virtual menjelaskan peran media massa dalam peningkatan karir guru.
“Selama ini Jateng Pos dengan KLG Jateng dan SangPengajar.com selalu bekerjasama untuk mendorong guru mau menulis artikel di koran. Kita tahu karya itu bisa dinilaikan angka kreditnya. Jadi, topik harus berkaitan dengan materi pembelajaran yang diampu guru. Selain itu, guru juga harus mau belajar ejaan, dan teori penyuntingan, agar karyanya press clear,”ujar Bejan.
Sementara itu, Tukijo, S.Pd, narasumber pelatihan dari KLG Jateng mengulik berbagai teknik dasar jurnalistik, regulasi PKB guru, dan teknik praktis menulis artikel di media massa.
Tukijo yang mengawali kegiatan menulisnya sejak di bangku kuliah tersebut menjelaskan, untuk menulis di koran tidak terlalu sulit, pun juga tidak boleh dianggap remeh. Setiap tulisan penulis lepar di media akan berhadapan dengan redaktur.
Menurut Tukijo, perlu pemahaman topik yang krusial di masyarakat. Penulis harus jeli memilah dan mengembangkan topik. Selain itu menurutnya, penulis harus melakukan riset baik penelitian maupun riset literatur.
Kendala selama ini masih ada tulisan guru yang masuk ke redaktur kurang simple. Masih ada kesalahan dalam penggunaan tanda baca, diksi, dan bentuk kalimat.
Termasuk juga dalam penggunaan huruf kapital. Melalui kegiatan tersebut, para peserta akan dibimbing menulis hingga karyanya layak terbit di media massa.
“Guru saat ini bukan sekadar pembaca koran. Guru sekarang pengisi konten tulisan di koran. Apalagi semangat literasi ini harus kita jaga dan nyalakan terus. Menulis itu butuh banyak membaca, apalagi menulis untuk angka kredit, maka tulisan guru harus ada kutipan, panjang judul 3 sampai 6 kata, keterangan harus jelas, analisis tajam tapi dengan narasi yang ringan dan populer. Mengapa? Karena koran dibaca oleh masyarakat,” ungkap Tukijo kepada Jateng Pos.
Pada kegatan virtual kedua, pembahasan swasunting dan praktik swasunting cukup membuat peserta semangat. Banyak pertanyaan disampaikan. Mulai dari cara menulis judul, merancang outline, ejaan, batasan menulis di koran hingga cara menghitung jumlah kata. Diskusi interaktif tersebut menjadi ciri khas pelatihan KLG Jateng, Jateng Pos dan SangPengajar.
Artikel peserta akan diterbitkan di Jateng Pos. Kemudian peserta akan mendapatkan bukti terbit dan surat keterangan. Perlu diingat bahwa koran Jateng Pos juga dijual bebas di Jawa Tengah. Selain itu, Jateng Pos juga sebagai media resmi terus bertekad membantu para guru. (*/tkj/jan)