JATENGPOS.CO.ID, KENDAL – Kabupaten Kendal memiliki potensi yang sangat luar biasa dibidang peternakan. Khususnya bagi pecinta ikan hias jenis koi. Di kota beribadat tersebut juga memiliki wadah tersendiri yakni Komunitas Pecinta Ikan Hias Koi.
Edi Eko Purnomo, pengurus komunitas Pencinta Koi Kendal mengatakan pangsa pasar ikan hias di Indonesia sangat terbuka lebar, bahkan tak jarang sampai menembus pasar internasional. Termasuk ikan koi, salah satu jenis ikan hias yang memiliki harga selangit.
“Beberapa kota seperti Blitar dan Sukabumi, sukses menembus pasar nasional dengan hasil ternak ikan koinya. Sayangnya kesuksesan tersebut tidak berlaku bagi petani koi asal Kendal yang masih tertinggal dan belum bisa menembus pasar nasional,” ujarnya.
Pria yang juga menjadi peternak ikan koi itu menerangkan, saat ini peternak dan pencinta koi yanga ada di Kendal sedang berusaha menembus pasar nasional, sekaligus memasyarakatkan dan menggeliatkan budidaya ternak ikan Koi.
Pasalnya banyak anggapan jika ikan koi adalah ikan yang mahal, padahal untuk ukuran anakan, ikan ini hanya dibanderol sekitar Rp 10 ribu. “Kalau pemasaran mungkin bisa lewat media sosial. Namun yang agak susah kirimnya itu harus ke Semarang dahulu,” beber Edi.
Untuk peternak koi di Kendal, lanjut dia biasanya menggunakan kolam khusus budidaya. “Jika main kuantitas dengan Kota Blitar ataupun Sukabumi dan Tulungagung jelas kami kalah. Disini kami berusaha menonjolkan kualitas anakan unggul dengan warna yang cerah,” tukasnya.
Dari ribuan anakan ikan Koi yang menetas, diakuinya, hanya sekitar 10 persen yang memiliki kualitas bagus. Lainnya memiliki kualitas yang standar. Itu pun siap ditampung oleh pengepul yang selanjutnya dijual di pasar ikan yang ada di luar Kendal.
“Seperti Semarang, Yogyakarta dan kota-kota besar lainnya. Tapi dari segi bisnis memang menggiurkan, sayangnya karena memakai kolam harus ada tambahan operasional berupa listrik,pakan dan lainnya,” ucap pemilik Chelsea Koi, Desa Gondang Kecamatan Cepiring ini.
Agar kualitas terjaga, lanjut dia, indukan koi pun menggunakan indukan yang langsung diimport dari Jepang. Beberapa waktu lalu, Edi membeli indukan dengan harga Rp 1,5 juta per ekor. Kriteria indukan sendiri ada beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah umur indukan minimal 3 tahun, ukuran minimal 60 centimeter.
“Beberapa peternak koi yang tergabung dalam Pencinta Koi Kendal pun menggunakan indukan dari Jepang, kalau genetikanya bagus, pasti anakannya juga akan bagus. Kami pun menggunakan kolam plester ataupun memakai bekas terpal agar anakan koi tidak gampang terkena penyakit,” jelas dia.
Terkait omset, bisnis ikan hias koi sangat menggiurkan. Untuk ukuran 15 centimeter dengan kualitas baik saja bisa dijual dengan harga Rp 500 ribu. Sementara untuk ukuran yang lebih besar dengan kualitas yang baik pula sampai jutaan rupiah. “Ini ada pesanan dari Bali, untuk dua ekor saja sampai Rp 5 juta, ukuran 30 centimeter,” ungkap Edi.
Dalam sebulan, penghasilan bersih yang didapatkan bisa mencapai Rp 5 juta rupiah. Itu pun sudah dipotong biaya operasional seperti listrik, dan pakan ikan koi dalam sebulan. “Susahnya budidaya koi adalah saat hujan, agar telur bisa menetas tidak boleh air hujan,” ucapnya.
Senada dikatakan Oki Irawan salah satu pecinta dan peternak budidaya ikan Koi asal Kendal kota ini. Jenis-jenis koi yang dibudidayakan di Kendal sendiri bisa dibilang cukup beragam, mulai dari jenis Kohaku, Sanke, Showa, Utsuri, Bekko, Ogon, Agasi, Shusui, Chagoi dan lain sebagainya.
“Agar lebih beragam, para peternak pun melakukan kawin silang antar jenis koi yang ada untuk mengangkat harga sekaligus menambah varian jenis koi asal Kendal. Melalui cara itu, coraknya bisa lebih bagus dan beragam sehingga diminati masyarakat,” tutur Oki.
Menurut dia, selain menggunakan media sosial terkait pemasaran ikan koi asal Kendal agar bisa dipandang di kancah nasional maupun internasional, harus diadakan kontes ikan hias Koi di Kabupaten Kendal. Sedangkan di Kendal baru bisa di temui di Cepiring, Boja dan Sukorejo.
“Soalnya untuk menyelenggarakan kontes juga tidak mudah dan butuh biaya yang mahal. Sebab harus ada juri dari Jepang atau juri yang punya sertifikat dbidang itu, sehingga koi yang dilombakan atau kontes diakui secara nasional maupun internasional,” timpalnya. (via/Adv)