Pelaksanaan pembiasaan keagamaan melibatkan tiga pihak yang dapat mendukung terbentuknya karakter religius yaitu keluarga, sekolah dan lingkungan. Pertama, pihak keluarga mengambil peranan awal terbentuknya karakter anak yang religius. Dimana anak mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang agama dari orang tua, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak langsung berasal dari keluarga. Peranan orang tua memegang kunci utama yang dapat menjadikan anak tumbuh dan berkembang dengan jiwa Islami. Sehingga orang tua memegang peranan penting dalam pendidikan dan bimbingan terhadap anak. Hal ini sangat menentukan anak dalam masa perkembangan untuk  mencapai  keberhasilannya.  Hal  ini  juga sangat  bergantung  pada pembentukan karakter religius, serta peranan orang tua sebagai pembuka mata yang pertama bagi anak dalam rumah tangga, (Jamaluddin, 2013:37).
Pendidikan perlu adanya karakter, sehingga dapat tercapaianya tujuan pendidikan nasional untuk menjadikan peserta didik menjadi manusia yang beriman, beramal, bertaqwa, berakhlak mulia, kreatif cakap dan lain-lainnya. Pendidikan karakter akan sia-sia apabila pengetahuan dan nilai-nilai yang didapatkan tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana diketahui bahwasanya pendidikan karakter lebih menekankan pada sebuah kebiasaan anak untuk melakukan hal-hal yang positif. Kebiasaan-kebiasaan inilah yang kemudian akan menjadi suatu karakter yang membekas dan tertanam dalam jiwa sang anak.
 Melihat kondisi karakter para siswa yang semakin tergerus oleh perkembangan zaman, maka pendidikan Karakter peserta didik menjadi solusi yang tepat. Permasalahan dan penyimpangan-penyimpangan yang sering terjadi di SDN 2 Pilang ada beberapa kasus pelanggaran yang dilakukan oleh siswa antara lain adanya beberapa siswa datang terlambat, siswa tidak berseragam sesuai dengan peraturan yang ditetapkan, bersikap tidak jujur saat jajan dikantin, siswa makan dan minum sambil berjalan, dan juga berkata tidak sopan serta berperilaku tidak baik terhadap guru dan warga sekolah lainnya. Apabila permasalahan tersebut tidak ditangani dan kemudian terlanjur menjadi kebiasaan dan tumbuh menjadi karakkter siswa di sekolah tersebut, maka permasalahan tersebut akan berkembang menjadi pelanggaran-pelangggaran yang lebih besar lagi. Untuk menanggulangi permasalahan yang telah disampaikan di atas, maka SDN 2 Pilang melakukan suatu upaya yaitu pembiasaan membaca Asmaul Husna dan Sholat berjamaah. Pembiasaan tersebut berupa kegiatan pembacaan Asmaul Husna bersama-sama di halaman sekolah dari kelas 1 sampai 6 sebelum pelajaran dimulai dan Shalat Dhuhur berjamaah yang wajib dilaksanakan oleh seluruh siswa dari kelas 4,5,6 yang dilaksanakan sebelum jam pulang sekolah.
Pembiasaan ini berawal dari kegelisahan Guru Pendidikan Agama Islam yang sangat menyayangkan ketika faktanya mayoritas siswa di SDN 2 Pilang banyak yang belum melaksanakan Shalat lima waktu. Maka dari itu pembiasaan membaca Asmaul Husna sebelum pembelajaran pagi di mulai dan Shalat berjamaah setelah jam pelajaran telah usai menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut karena memperbaiki shalat dan istiqamah dalam merenungi dan melafalkan nama-nama Allah dengan diterapkan setiap hari melalui pembiasaan membaca Asmaul Husna dan shalat berjamaah secara tidak langsung akan memperbaiki karakter siswa.
Oleh :
Aprilia Ernawati,S.Pd.SD
SDN 2 Pilang, Kec. Randublatung,Kab. Blora