Memprihatinkan, Masih Ada Gizi Buruk di Jateng

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Anggota Komisi E DPRD Jawa Tengah Karsono menyayangkan masih ada kasus gizi buruk terjadi di Jawa Tengah. Kasus gizi buruk tersebut terjadi di Kabupaten Purbalingga.

Dia menyebut Di tahun 2018 ini, masih terdapat 16 kasus gizi buruk yang merupakan sisa penanganan tahun 2017.

Sebanyak 16 balita yang masih mengalami gizi buruk tersebar di enam kecamatan. Yakni Mrebet terdapat enam kasus, Kemangkon, Pengadegan, dan Karangmoncol masing-masing 2 kasus. Sementara di Bukateja, Kejobong, Purbalingga dan Kalimanah masing-masing satu kasus. Kasus gizi buruk di Purbalingga ini melengkapi kasus gizi buruk di beberapa kabupaten lain di Jateng.

“Kasus gizi buruk yang terjadi di Kabupaten Purbalingga tentu membuat kita prihatin. Sebab, ternyata kasus gizi buruk masih terjadi di wilayah Indonesia, khususnya di Jateng,” katanya dalam keterangannya Sabtu (27/1/2018) di Kota Semarang.

iklan

Atas hal itu, dia meminta Pemerintah mengerahkan semua kemampuan untuk mengatasi masalah itu. Segala bantuan yang diperlukan masyarakat Purbalinggaharus diberikan dengan cepat. Tim kesehatan yang lengkap juga harus dikirim sampai ke pelosok. Koordinasi antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat juga harus cepat dalam mengirimkan tim kesehatan.

Baca juga:  Pelanggan Resto dan Hotel Jadi Target Pajak, 190 Pengusaha Dikumpulkan

“Ini penting untuk memantau kondisi kesehatan masyarakat di sana. Juga harus mengirimkan bahan-bahan makanan untuk memperbaiki gizi di masyarakat sana,” tegas Karsono.

Menurutnya langkah tersebut harus dilakukan secara terus-menerus dan ke semua wilayah sampai yang terpencil. Tujuannya, agar kasus serupa tidak terulang. Dirinya tidak mau jika pemberian bantuan hanya diberikan saat ada kasus seperti di Purbalingga.

Adanya kasus gizi buruk tersebut, kata Karsono, merupakan bentuk kelalaian pemerintah dalam memperhatikan kualitas sumber daya manusia yang ada di Jateng.

“Terdapat dua penyebab dari munculnya kasus gizi buruk di Kabupaten Purbalingga, yakni masalah kesehatan dan kemiskinan yang belum juga bisa terselesaikan,”katanya lagi.

Karsono sendiri mengatakan bahwa Jawa Tengah, target gizi buruk di bawah lima persen dan target gizi kurang, dibawah 15 persen. Namun demikain dia menyebut bahwa kasus 16 balita terdampak gizi buruk tersebut merupakan kelalaian yang harus segera ditangani pemerintah, baik pemerintah Provinsi maupun pemerintah daerah.

Baca juga:  Indonesia Terhenti di Perempat Final Piala U-19 Asia

Pemprov, kata Karsono, perlu kembali fokus pada pembangunan sumber daya manusia. Karena dari sumber daya manusia yang berkualitaslah akan menunjang kemajuan bangsa Indonesia kedepan.

Kasus gizi buruk di Purbalingga harus menjadi pelajaran dan berharap pemerintah dapat segera bertindak cepat menangani masalah gizi buruk yang melanda Kabupaten Purbalingga.

Selain Purbalingga, sejumlah daerah lain di Jateng yang rawan gizi buruk adalah di Brebes dengan 82 balita yang menderita per tahun 2016. Sementara terendah ada di Surakarta sebagai satu-satunya daerah yang bersih dari gizi burukbaru disusul Salatiga dengan tiga penderita.

Berdasarkan grafik sisa kasus gizi buruk (menurut indeks berat badan/tinggi badan (BB/TB) per 30 September 2017, di Jateng tercatat ada 980 kasus. Jumlah terbanyak Kabupaten Brebes dengan 107 kasus, disusul Kabupaten Banyumas 70 kasus, dan Kabupaten Tegal dengan 61 kasus.

Baca juga:  Wisata Maut Tewaskan 13 Warga Sukoharjo, Enam Jenazah Dimakamkan Satu Liang Lahat

“Kasus gizi buruk di Kabupaten Brebes menduduki posisi pertama di Jawa Tengah. Namun, gizi buruk yang dialami warga Brebes bukan karena kurang makan, melainkan infeksi penyakit, sampai saat ini, ada 107 kasus gizi buruk dari laporan 38 puskesmas di Kabupaten Brebes. Jumlah tersebut menempatkan Brebes sebagai kabupaten di Jateng dengan kasus gizi buruk terbanyak,” jelas Karsono lagi.

Karsono menyarankan, pemerintah perlu mengoptimalkan berbagai cara mengantisipasi gizi buruk yang masih terjadi di Jateng, diantaranya perbaiki asupan nutrisi, lakukan pengobatan, minimalisir kebiasaan buruk, pemaksimalan keseimbangan ekonomi serta ASI eksklusif.

“Faktor ekonomi tidak selalu menjadi penyebab anak kekurangan gizi. Penyebab lainnya adalah anak tidak mendapatkan ASI. Tak heran jika umumnya anak mengalami kekurangan gizi pada usia 6 bulan ke atas. Oleh karena itu, agar anak tidak mengalami malnutrisi, memberi makanan tambahan sebagai pendamping ASI sangat penting, juga memperbanyak konsumsi buah dan sayuran untuk anak, yaitu sekira 5-7 porsi dalam seminggu dapat mencegah mereka kekurangan gizi,”pungkasnya.(ahm)

iklan