Mengenal Istilah “Dekengan Pusat” dan “ST nyell” Gus Iqdam

    DEKENGAN PUSAT: Gus Iqdam, yang viral dengan istilah dekengan pusat. Foto: istimewa.

    JATENGPOS.CO.ID,  BLITAR – Yang paling populer dari Gus Iqdam, selain ganteng adalah istilah-istilah yang diucapkan saat pengajian. Dia sering mengucapkan “dekengan pusat”, “ST nyell”, “wonge teko”, dll.  Apa artinya?

    Selain jamaahnya sendiri,  mendengar istilah “dekengane pusat, ST nyell, dan wonge yo teko”, sering kali membingungkan. Apa sebenarnya arti dari kata-kata tersebut.  Dari penjelasan Gus Iqdam di berbagai ceramahnya, bisa diambil kesimpulan, istilah “dekengane pusat” itu adalah dukungan atau backing dari Alloh langsung. Dia mengatakan, barang siapa yang bertaqwa kepapa Alloh, dia akan mendapat dekengan langsung dari pusat.

    “Orang yang dapat dekengan pusat, sulit untuk didebat. Dia pasti enak hidupnya mudah urusan-urusanya. Pokoe losss…tidak punya takut,”kata Gus Iqdam dalam berbagai ceramahnya.

    Penekanan kata “dekengan pusat” itu, sengaja dia pakai supaya jamaahnya mudah mengerti dan mengena. Karena mayoritas pengajianya diikuti anak muda dan anak jalanan. Baginya menjelaskan aqidah, tauhid, syareat dll itu tidak harus dengan teks formal. Tapi bisa dengan bahasa-bahasa gaul anak muda sehari-hari.


    “Buktinya, dekengan pusat malah viral. Koe kabeh mantep lan marem to dengan dekengan pusat?”tanya Gus Iqdam kepada jamaahnya.

    Baca juga:  Wisata Dieng Ingin Terkenal Seperti Bali

    Namun untuk mendapat dekengan pusat ada syaratnya. Diantaranya harus istiqomah dalam ketaqwaan. Termasuk istiqomah ikut mengaji Sabilu Taubah di rumahnya. Sabilu Taubah yang sering disingkat ST, adalah Sabilu (jalan), Taubah (Tobat). Yakni jalan taubat untuk para jamaahnya yang mau berubah.

    “Karena yang ngaji di ST nyell ini kebanyakan wong-wong ruwet, para garangan-garangan yang masih suka mabuk, teler di jalan-jalan, sering maksiat bahkan kriminal,”kata kyai usia 29 tahun yang ganteng ini.

    Mereka orang-orang yang harus dirangkul dan diberi jalan taubat. Sebab kalau hanya dikecam tidak ada gunannya.

    “Masa depan mereka masih bisa berubah, masih sangat mungkin menjadi putih, merah, hitam dll. Maka kita beri jalan taubat supaya masa depanya berubah menjadi baik,”imbuh kyai racing, yang suka balapan motor ini.

    Kata-kata lain yang viral dari Gus Iqdam adalah “ST nyell”. Adalah singkatan dari Sabilu Taubah (ST). Lalu “nyell” adalah bahasa Jawa Timuran yang artinya total atau semua, atau tok. Jadi ST nyell artinya Sabilu Taubah semua. Gus Iqdam sering menggunakan kata-kata itu untuk menyebut semua jamaahnya.

    “ST nyell ki uripe panggah loss, karena entuk dekengan pusat. Selain itu mereka orang-orang tolol yang tidak mikir neko-neko,”jelasnya.

    Baca juga:  Pengajian Gus Iqdam Bermula dari "Tujuh Santri Garangan"

    Karena dianggap tidak punya pikiran, meski dibilang jamaah tolol pun, ST nyell tidak pernah marah. Malah pada tertawa bangga karena bersatu dengan Gus Iqdam.

    “Sesuk 1 Agustus, aku diundang ke istana, diundang pusat pak Jokowi untuk tahlilan disana. Kamu garangan-garangan yang tolol tidak boleh ikut,” katanya, disambut ger geran.

    Istilah lainya adalah “garangan”. Untuk menyebut jamaah ST nyell yang umumnya anak jalanan. Di desa, anak-anak punk, jalanan, ngamen, itu disebut garangan. Garangan adalah binatang yang suka makan ayam dan mencuri buah. “Tidak mungkin saya menyuruh istri saya berdiri di panggung, jangan, di sini banyak garangan. Nanti mok sikat bojoku, dapuramu garangan kabeh ngono kok,”kelakar Gus Iqdam.

    Gus Iqdam juga sering melontarkan pertanyaan “wonge yo teko”. Sebuah ungkapan untuk menanyakan apakah orang yang dia contohkan malam itu juga datang? “Ora koyo kowe, uripmu mung golek wedokan, bertahun-tahun macari anake wong, tapi yang naik ke pelaminan orang lain. Cintamu ditolak terus mergo uripmu ruwet. Iki wonge yo teko?”tanya Gus Iqdam, yang dijawab kompak “tekooo,”para jamaah.

    Baca juga:  Michael, Optimis Terbaik di Yamaha Electone Internasional

    Gus Iqdam yang juga pendiri Majelis Ta’lim Sabilu Taubah, lahir di Blitar pada 27 September 1994.Ia adalah pendakwah muda ganteng Nahdlatul Ulama yang pernah mondok di Alfalah Ploso Kediri.

    Namanya dikenal karena cerahamnya mendapuk anak-anak punk. Gus Iqdam mendirikan Majelis Ta’lim Sabilu Taubah pada 2018 yang awalnya hanya memiliki 7 jemaah anak jalanan. Kini setiap pengajian diikuti puluhan ribu orang.

    Orang tuanya bernama KH. Kholid (ayah), Hj Ny Lanratul Farida (ibu). Keduaya punya pondok Mambaul Hikam 2, yang kini diteruskan Gus Iqdam di rumahnya.

    Gus Iqdam merupakan anak terakhir dari empat bersaudara. Kini sudah beristri punya anak satu masih kecil.  Ibu Gus Iqdam juga merupakan anak salah satu kiai kharismatik, KH. Zubaidi Abdul Qofur,  mursid Torikoh di Jawa Timur, yang pondoknya dikenal sholat tarawih paling cepat 7 menit.

    Gus Iqdam tahun 2021 menikah dengan Aning Nilatin Nihayah, putri Almaghfurlah KH. Thoha Widodo Zaini Munnawir dari Pondok Pesantren Lirboyo. Setelah membentuk keluarga bersama Ning Nila, diberkahi  seorang anak laki-laki yang masih balita, diberi nama Gus Novel. (jan)