Mengenal Sukun dan Segudang Potensinya untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG –  Apakah Anda pernah melihat pohon sukun di jalanan dan penasaran terhadap manfaat buahnya? Sukun (Artocarpus atilis) ternyata merupakan komoditas tanaman endemik Indonesia dengan kandungan nutrisi yang baik. Sukun di Indonesia umumnya hanya diolah dengan cara digoreng dan dikonsumsi sebagai makanan pendamping. Hal tersebut sangat disayangkan karena sebenarnya sukun memiliki segudang manfaat untuk meningkatkan kesehatan manusia dan hewan. Sukun juga memiliki potensi tinggi untuk menjaga ketahanan pangan, mengapa demikian?

Salah satu produk olahan sukun adalah tepung sukun. Tepung sukun yang termasuk tepung bebas gluten cocok dikonsumsi bagi mereka yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap gluten, seperti penderita penyakit seliak dan autis. Tepung sukun juga mengandung indeks glikemiks yang lebih rendah dibandingkan dengan sumber makanan pokok lain, seperti gandum, singkong, dan kentang. Nilai indeks glikemiks rendah sesuai untuk diterapkan pada diet penderita diabetes, penurunan berat, dan peningkatan performa atletik. Sebuah studi yang mengungkapkan potensi dahsyat lainnya dari sukun telah dilakukan, yaitu dengan pengujian terhadap mencit dan sel organ pencernaan manusia yang diberikan rancangan diet berbasis sukun. Berdasarkan studi tersebut diketahui bahwa sukun aman dikonsumsi oleh manusia maupun hewan dan tidak menimbulkan alergi tertentu. Protein sukun lebih mudah dicerna dibandingkan protein gandum dan dapat meningkatkan viabilitas sel organ pencernaan.

Baca juga:  Usai Isolasi Covid-19, Waspadai Gejala Lanjutan yang Mungkin Terjadi

Selain itu, konsumsi sukun yang dimasak sebanyak 189 gram mampu memenuhi berbagai kebutuhan nutrisi harian yang direkomendasikan, yaitu mendekati 57% serat, lebih dari 34% protein, vitamin C, dan copper, sekitar 28% kalium dan mangan, serta 5,75-11,5% zat besi, kalsium, dan fosfor. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sukun dapat dijadikan alternatif makanan pokok atau tambahan pati dalam produk makanan dan mampu menjaga ketahanan pangan jika dikonsumsi secara luas di Indonesia. (R)


Data Penulis

Abidah Qoulan Tsabita

Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Industri Pertanian

Universitas Padjadjaran