Hakikat pembelajaran sastra ialah memperkenalkan kepada peserta didik nilai-nilai yang terkandung karya sastra dan mengajak peserta didik ikut menghayati pengalaman yang disajikan (Abidin, 2013:213). Adapun tujuan pembelajaran sastra meliputi; mengembangkan kepekaan peserta didik terhadap nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai afektif, nilai keagamaan, dan nilai sosial secara sendiri-sendiri atau gabungan. Pembelajaran sastra mulai dikenalkan peserta didik pada jenjang sekolah dasar, namun dalam prosesnya tidak semudah mengenalkan pada jenjang pendidikan SMP, SMA/SMK, bahkan Perguruan tinggi. Diperlukan cara, metode, pendekatan, ataupun alat peraga yang disesuaikan tingkatannya agar tidak terjadi permasalahan dalam kegiatan pembelajaran berkait dengan sastra.
Pengamatan yang dilakukan penulis terhadap pembelajaran tematik materi karya sastra di kelas 5 SDN Srondol Kulon 02 Kota Semarang, penulis menemukan permasalahan dalam penerimaan materi mengidentifikasi tema dan jenis karya sastra pada muatan pelajaran Bahasa Indonesia oleh peserta didik. Proses pembelajaran terkesan kurang menarik perhatian peserta didik terhadap materi yang sedang dipelajari. Pendidik menyampaikan materi, jenis-jenis, dan contoh karya sastra secara lisan (ceramah), dilanjutkan penugasan, sementara media yang digunakan buku dan papan tulis. Pelaksanaan pembelajaran yang monoton serta penggunaan media buku dan papan tulis saja menyebabkan kondisi kelas kurang kondusif untuk melaksanakan pembelajaran. Belum ada alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran tersebut, agar peserta didik lebih mudah dan tertarik mempelajari karya sastra. Terbukti di akhir pembelajaran, rata-rata hasil belajar peserta didik lebih dari 50% masih di bawah KKM. Penulis berpendapat, diperlukan alat peraga sebagai pendukung pembelajaran agar hasil belajar yang diharapkan dapat terwujud.
Alat peraga adalah media alat bantu pembelajaran, dan segala macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran (Arsyad, 2014:9). Seiring pengertian alat peraga yang dituliskan oleh Arsyad, sebagai alternatif memudahkan pengenalan tema dan karya sastra, penulis mencoba membuat alat peraga dengan nama “Papan Mading Lipat” disertai petunjuk penggunaan dan bahan ajar sebagai pendukung materi yang sedang dipelajari. Papan mading lipat merupakan alat peraga yang didesain menyerupai mading yang biasa terpasang di sekitar area sekolah, namun mading ini dapat dipindah dan dibawa dengan mudah bahkah dapat dilipat. Papan mading lipat memiliki bentuk persegi panjang ukuran panjang 120 cm dan lebar 60 cm, dibagi menjadi dua bagian 60 cm x 60 cm yang disatukan antara satu bagian dengan bagian kedua sebagai engsel atau lipatan.
Tujuan penggunaan alat peraga papan mading lipat adalah peserta didik dapat menemukan tema dan jenis karya sastra, dengan mencari pasangan tema dan karya sastra yang terpisah; dan peserta didik mampu merangkai menjadi mading yang menarik berdasar tema yang ditentukan. Indikator yang diharapakan bagi peserta didik mampu mengidentifikasi jenis-jenis karya sastra dan menentukan tema. Agar pemanfaat alat peraga efektif digunakan, peserta didik diharapkan sudah dapat mengidentifikasi jenis-jenis karya sastra.
Adapun langkah-langkah penggunaan alat peraga papan mading lipat sebagai berikut: 1) pendidik menyediakan alat peraga berupa papan mading lipat yang belum terpasang tema, judul, dan karya sastra; 2) pendidik membagikan kartu tema, judul, dan karya sastra secara acak kepada setiap kelompok untuk dirangkai menjadi mading yang utuh; 3) peserta didik diberikan tugas menentukan pilihan tema; 4) peserta didik mencari judul, dan karya sastra sesuai dengan tema yang telah dipilih; 5) peserta didik dalam kelompok menyusun karya sastra yang sudah didapat sesuai dengan judul dan tema pada papan mading lipat; dan 6) pendidik bersama peserta didik melakukan evaluasi, apakah karya sastra yang dipasangkan pada papan mading lipat sudah sesuai dengan tema dan judul.
Penulis mencoba menggunakan alat peraga papan mading lipat pada pembelajaran yang sebelumnya mendapati rata-rata hasil belajar peserta didik kurang dari 50% menuntaskan KKM. Selama 1 kali pertemuan saja, peserta didik tampak tertarik, antusias, penasaran, dan lebih bersemangat mempelajari materi pengenalan tema dan karya sastra dengan alat peraga papan mading lipat. Peserta didik dapat menentukan tema dan karya sastra tekait melalui kartu-kartu karya sastra yang disediakan. Setelah diberikan evaluasi di akhir pembelajaran menunjukkan rata-rata hasil belajar peserta didik yang signifikan dari sebelumnya kurang dari 50% menjadi 95% tuntas KKM. Penulis bersimpulan, papan mading lipat merupakan alat peraga yang menarik bagi peserta didik, alat peraga yang mudah digunakan, dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran mengenal tema dan karya sastra, serta dapat dikembangkan sebagai alat peraga muatan pelajaran lainnya.
Oleh:
Teguh Budi Prakoso, M. Pd.
Guru SDN Srondol Kulon 02
Kota Semarang