JATENGPOS.CO.ID, NTT – Ratusan masyarakat dari 21 kecamatan se-Kabupaten Ende mengikuti Pagelaran Budaya dalam rangkaian Festival Parade Pesona Kebangsaan (FPPK) 2019, Jumat (31/5). Selain mengenakan kain khas Ende, peserta juga membawa replika burung Garuda.
Acara yang dihadiri para pejabat dan forkopimda Ende tersebut diakhiri dengan penyemayaman replika burung Garuda di bawah pohon sukun, di sekitar Lapangan Pancasila. Di bawah pohon sukun inilah dulu Bung Karno biasa merenungkan butir-butir Pancasila, sembari menerawang jauh ke laut lepas.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Ende, Derson Duka mengatakan, tahun ini kegiatan FPPK 2019 lebih sederhana. Sebab, masih dalam situasi berkabung atas meninggalnya Bupati Ende, Marselinus YW Petu. Beberapa agenda terpaksa dibatalkan.
“Awalnya FPPK 2019 akan digelar seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena ‘situasi’ tak memungkinkan, rundown kegiatan yang tersusun mulai tanggal 27 Mei hingga 1 Juni pun dipangkas,” ujarnya, Jumat (31/5).
Beberapa acara yang akhirnya ditiadakan yakni Seminar Forum Perdamaian Desa/ Seminar antar Tua Adat, Pemuka Agama (27 Mei); Festival Bou Ate/ Budaya untuk Perdamaian (28 Mei); Malam Pagelaran Budaya Nusantara (29-31 Mei); Parade Laut dari Ende ke Pulau Ende (30 Mei); Prosesi/ Parade Laut Pelayaran Nusantara (31 Mei); Penyambutan Rombongan Prosesi/Parade Laut (31 Mei); serta Parade Darat dari Pelabuhan Bung Karno Ende – POM – Rumah Pengasingan Bung Karno – Serambi Soekarno di Biara St. Yoseph/Gereja Kathedral Ende (31 Mei)
Adapun acara yang tetap digelar yaitu Upacara Malam Renungan Suci di Taman Renungan Bung Karno Ende (31 Mei); Upacara Bendera Hari Lahir Pancasila di Lapangan Pancasila Ende (1 Juni); dan Forum Dialog Interaktif Kebangsaan di Taman Renungan Bung Karno Ende (1 Juni).
“Ini memang situasional. Kita sedang berkabung atas meninggalnya Bupati Ende. Jadi untuk menghormati beliau dan keluarganya, terpaksa kita sederhanakan kegiatan FPPK tahun ini. Kami sangat berduka. Terlebih, FPPK adalah gagasan beliau,” imbuhnya.
Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Eshty Reko Astuty mengatakan, FPPK digelar untuk untuk memperingati bagaimana sari-sari Pancasila digali oleh Presiden Pertama RI Soekarno. Tepatnya pada masa pengasingannya di Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur antara tahun 1934-1938. Hingga akhirnya lahir Pancasila pada tanggal 1 Juni 1945.
“Sedianya, event ini akan menjadi diorama diasingkannya Bung Karno dari Batavia ke Ende. Selain itu, juga ditujukan untuk membangkitkan kembali semangat nasionalisme dalam mempertahankan nilai-nilai kebangsaan. Sekaligus mengenang Kota Ende sebagai kota sejarah lahirnya nilai-nilai Pancasila,” jelasnya.
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Ricky Fauziani menambahkan, FPPK juga ditujukan untuk mempromosikan wisata, seni dan budaya Ende kepada wisatawan. Baik dalam maupun luar negeri.
“Selebihnya, event ini dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan produk-produk unggulan daerah guna mendorong minat investor berinvestasi di Kabupaten Ende,” ungkapnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan, Kabupaten Ende merupakan wilayah yang kental dengan kesejarahan Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Ini menjadi potensi wisata sejarah yang akan selalu dikenang masyarakat Indonesia.
“Bagaimana proses lahirnya Pancasila bisa ditelisik dari sini. Selain pohon sukun di area Lapangan Pancasila, wisatawan bisa mengunjungi rumah pengasingan Bung Karno yang sekarang dijadikan museum benda-benda peninggalan beliau,” terangnya.(*)