JATENGPOS.CO.ID, LOMBOK – Hingga pukul 21.30 WIB Menpar Arief Yahya masih berdebat, mengapa masih ada banyak wisatawan yang “menginap” di Bandara Lombok? Atau Lombok International Airport (LIA). Apakah extra flights yang diantisipasi oleh airlines tidak cukup? Atau amenitas atau kapasitas hotel yang ada di Lombok tidak mencukupi?
Menpar Arief pun meminta laporan Stafsus Bidang Akses dan Infrastruktur, Judi Rifajantoro. Apa yang terjadi? “Barusan saya bicara dengan GM Garuda Indonesia di LOP, suasananya begini: Hari ini diterbangkan 7 flights, terakhir nanti jam 24 dengan CRJ ke DPS, kondisinya full,” kata Judi.
Yang dimaksud hari ini adalah Senin, 6 Agustus 2018. Lalu, penumpukan penumpang di bandara LOP saat ini kareba sebagiam besar mereka sudah memegang tiket pesawat. Ada yang terbang malam ini, ada juga yang besok, 7 Agustus 2018.
Besok, Rabu, 7 Agustus 2018, Garuda Indonesia berencana akan menerbangkan 6 flight. Dan 5 flight sudah fully booked. “Satu flight menggunakan pesawat berbadan besar, Airbus 330 dengan 300 lebih seats sedang proses penjualan. Jadi, seharusnya masih cukup seats capacitynya,” kata Judi lagi.
Nah, alasan mengapa penunpang ingin bermalam di bandara? “Karena memang tidak ingin menginap di hotel!” kata Judi Rifajantoro. Mungkin karena takut dan trauma ada gempa susulan. Mungkin juga karena ingin tempat yang besar dan konstruksi yang sudah pasti kuat, airport.
Menpar Arief pun lama terdiam. Ada apa para wisatawan itu? Kok tidak mau bermalam di hotel? Memilih tidur di lantai di bandara? “Hmm.. Mungkin juga karena tempatnya terbuka, dan banyak teman, bisa saling cerita?” anggapnya.
Bisa juga karena bandara sudah beroperasi 24 jam, sehingga bisa bertemu dengan sesama wisatawan lain. Juga ada akses wifi gratis, sehingga bisa live media sosial, dan video call secara gratis. Semua serba mungkin. Situasi bencana, bisa membuat semua menjadi anomali.
“Semoga mereka tetap merasa nyaman, dengan semua pelayanan selama masa pengantaran sampai bandara,” ujarnya. (udi)