Menpar Jadi Pembicara Kunci dalam Pacific Exposition

JATENGPOS.CO.ID, AUCKLAND – Pacific Exposition yang akan digelar di Auckland, Selandia Baru, 11-14 Juli 2019, dipastikan bakal heboh. Sebanyak 20 negara dipastikan hadir di tengah acara. Semuanya akan fokus membahas pengembangan beragam potensi di kawasan Asia Pasifik.

Australia, Caledonia Baru, Cook Islands, Federated States of Micronesia, Fiji, French Polynesia, dan Kiribati, dipastikan ikut ambil bagian.

Begitu juga Marshall Islands, Nauru, Nieu, Palau, Papua Nugini, Samoa, Selandia Baru, Solomon Islands, Timor Leste, Tuvalu, dan Indonesia.

“Ini adalah pameran dagang, investasi, dan pariwisata untuk negara-negara di Pasifik. Inisiasinya dari Indonesia. Dan agendanya didukung sepenuhnya oleh Selandia Baru dan Australia,” kata Dubes RI untuk Selandia Baru, Samoa dan Kerajaan Tonga, Tantowi Yahya, Sabtu (6/7).

iklan

Potensinya lumayan besar. Angkanya tak bisa diremehkan. Dari paparan Dubes Tantowi, Estimasi business matching dan investment forum sekitar US$ 100 juta. “Itu dalam bentuk transaksi maupun potensi,” tegas Tantowi Yahya.

Baca juga:  Keren, #PesonaAsianGames2018 Kemenpar Diminati Netizen

Nah, salah satu sektor yang bakal diandalkan datang dari pariwisata. Sektor ini akan dibahas 11 Juli 2019. Tema besarnya adalah Pariwisata Menuju Pasar Tunggal Pasifik.

Pertanyaannya, apakah bisa? Mengapa juga harus kawasan Pasifik?

“Jawabannya sangat bisa. Saat ini pariwisata begitu nyaring di masa kepemimpinan Presiden Jokowi. Bahkan mampu mengubah mindset publik, bahwa kebutuhan pokok itu tidak hanya Sandang, Pangan, Perumahan, tetapi ditambah dengan piknik alias berwisata,” tutur Staf Kbusus Bidang Media dan Komunikasi Don Kardono.

Poin berikutnya, pariwisata bisa menjadi harapan bangsa Indonesia, karena Menpar Arief Yahya membuktikan bahwa indeks daya saing kepariwisataan Indonesia terus membaik. Rangkingnya bahkan sudah menembus peringkat 42 besar dunia tahun 2017, dari 135 negara yang diranking oleh World Economic Forum. “Itu angka riil. Bahkan salah satu pilarnya menembus 20 besar dunia, yaitu natural dan cultural resources,” timpal Deputi Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani.

Baca juga:  Wow, Filosofi Seni Berkumandang di World Dance Day 2019 Solo

“Menpar Arief Yahya juga membawa pariwisata ke global level, dan selalu juara dunia di mana-mana,” ujar Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional IV (Australia, Selandia Baru, dan Oseania) Kemenpar, Edy Wardoyo.

Dengan sejumlah track record tadi, Menpar Arief Yahya langsung diplot tampil sebagai pembicara kunci. Semua potensi dan kehebtan Wonderful Indonesia, bakalnikut dibicarakan di forum. “Semua kriteria baik, versi TTCI – Travel and Tourism Competitiveness Index dengan 14 sub pilar itu kita garap dengan serius. Indikatornya selalu menggunakan Global Standart supaya Kalau bisa menjadi Global Player,” ujar Menpar Arief Yahya.

Di TTCI itu juga tergambar, bahwa komitmen pemerintah dinilai sangat tinggi. “Iya, 4 tahun berturut-turut Pariwisata menjadi Leading Sector itu sudah menunjukkan bahwa keseriusan Pak Presiden Jokowi dalam menjadikan Pariwisata sebagai lokomotif ekonomi Indonesia ke depan, sangat serius dan tegas. Itu punya bobot penilaian yang tinggi di mata dunia,” kata Menpar Arief yang mantan Dirut Telkom dan pernah menjadi CEO BUMN Terbaik itu.

Baca juga:  Ini Dia 3 Misi Menpar Arief Yahya di FITUR Madrid

Ada tone optimisme. Keyakinaan baru. Maklum, semua sisi terlihat sangat bagus. Dari sisi penerimaan devisa pariwisata pun meroket tajam. Pada 2016, devisa pariwisata mencapai US$ 13,5 miliar, hanya kalah dari minyak sawit mentah (CPO) sebesar US$ 15,9 miliar. Tahun 2015 lalu, pariwisata masih ada di peringkat keempat sebagai sektor penyumbang devisa terbesar.

Di tahun 2017 dan 2018, sumbangan devisa dari sektor pariwisata naik lagi dan tahun lalu tembus 16,11 M dollar AS. Sektor pariwisata Indonesia sendiri diproyeksikan mampu menjadi penyumbang devisa tertinggi di tahun 2019. Itu artinya, pariwisata biaa menghasilkan sekitar Rp 280 triliun bagi devisa negara. Juga, menyerap 13 juta tenaga kerja pada 2019. (rif)

iklan