JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Sebagai bagian dari proses bisnis PLN dengan ‘core’ melakukan pemeliharaan aset transmisi di sisi tegangan tinggi dan ekstra tinggi, unit PLN transmisi identik kaitannya dengan pekerjaan teknis kelistrikan yang didominasi oleh pekerja laki-laki. Meski demikian, dominasi itu tetap menyisakan ruang bagi para perempuan yang bekerja di PLN. Di Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Tengah (UIT JBT) salah satunya, porsi perempuan yang bekerja di sektor ini sebanyak 13,35% dari total keseluruhan.
Walau minor, para perempuan di UIT JBT tetap memiliki ruang untuk bertumbuh dan mengembangkan kompetensinya. Mereka tersebar diberbagai macam fungsi, mulai dari ‘supporting’, ‘core business’, hingga di level kepemimpinan. Saat ini, UIT JBT bahkan tercatat sebagai satu-satunya unit di PLN yang memiliki Manager Unit Pelaksana Transmisi perempuan.
General Manager PLN UIT JBT, Sumaryadi mengatakan, peran dan tanggung jawab seorang manager Unit Pelaksana Transmisi sangat krusial. Mereka bertanggung jawab memimpin organisasi di level unit pelaksana untuk melakukan fungsi pemeliharaan jaringan transmisi yang penuh dengan pekerjaan-pekerjaan teknis dan berbagai analisa. Ini mengharuskan Manager UPT untuk siaga selama 24 jam.
“Disini (UPT-red) tidak ada ruang untuk berbuat kesalahan. Tidak banyak orang yang memiliki kompetensi ini. Maka, menjadi perempuan yang menduduki peran dan tanggung jawab besar disebuah pekerjaan yang kental dengan nilai maskulin, menjadi sesuatu yang spesial dan istimewa,” terang Sumaryadi.
Tantangan Para Pemimpin Perempuan
Titi Murdiyati (43), satu dari dua MUPT perempuan di UIT JBT yang telah 2 tahun memimpin ini menuturkan, menjadi pemimpin dilingkungan kerja dengan dominasi laki-laki bukan tanpa tantangan.
‘
“Disisi personal, kita harus punya ‘support’ dari keluarga. Sementara di organisasi, tantangannya adalah meyakinkan mereka (tim yang dipimpin- red), bahwa punya ‘leader seorang perempuan itu tidak akan menurunkan performa kerja unit,” tuturnya.
Keyakinan itu berhasil didapatkan Titi dengan proses yang Panjang. Titi menceritakan salah satu pengalaman yang paling berkesan, ketika mendampingi timnya melakukan ‘recovery’ gangguan kelistrikan yang berdampak pada pasokan listrik di salah satu pabrik oksigen, di Kaliwungu.
“Waktu itu tantangannya, gangguan harus direcovery dan trafo harus berfungsi kembali dalam waktu kurang dari 24 jam. Suatu kebetulan, kejadiannya terjadi sehari sebelum ulang tahun pernikahan saya,” katanya.
Peran dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin membuat Titi turun langsung ke lokasi gangguan untuk melakukan pendampingan serta pengawasan langsung proses ‘recovery’ gangguan kelistrikan tersebut. Rangkaian pekerjaan itu membuatnya harus bermalam di Gardu Induk dan terus siaga sampai seluruh permasalahan gangguan terselesaikan.
Proses panjang tersebut berbuah manis. Titi mendapatkan kepercayaan dan ‘respect’ yang penuh dari seluruh tim.
“Kami nggak nyangka Ibu punya stamina luar biasa untuk menemani kami menyelesaikan pekerjaan,” kata Titi menceritakan pendapat timnya saat itu.
Kualitas Kepemimpinan yang Istimewa
Hari Perempuan Internasional yang diperingati setiap tanggal 8 Maret seringkali dimaknai sebagai hari untuk merayakan pencapaian perempuan. Di sektor kelistrikan yang didominasi oleh laki-laki, tentunya ini menjadi keistimewaan tersendiri.
Sumaryadi menuturkan, bahwa keputusan memberikan tanggung jawab besar kepada perempuan untuk duduk dilevel kepemimpinan bukan tanpa alasan.
“Keputusan memberikan tanggung jawab sebesar itu tentunya karena mereka memiliki kualitas kepemimpinan yang dibutuhkan,” terang Sumaryadi.
Kualitas tersebut diantaranya adalah memiliki ‘leadership’ yang kuat, penguasaan aspek teknik dan logis, visi yang jelas dan terukur serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan kerja yang dinamis serta adaptasi sosial kemasyarakatan.
Selain itu, perempuan juga memiliki kelebihan berupa sentuhan emosional yang berbeda dengan laki-laki. Menurut Sumaryadi, apabila dimanfaatkan, sentuhan emosional tersebut dapat berguna untuk menyatukan talenta-talenta unggul dilapangan, agar memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan.
Keputusan memberikan kepercayaan dan tanggung jawab memegang sebuah peranan penting ini menjadi wujud nyata komitmen PLN untuk memberdayakan perempuan dengan membangun lingkungan kerja yang inklusif dan setara.
Titi dan juga seluruh perempuan di UIT JBT khususnya merasakan kesempatan istimewa tersebut. Kesempatan ini sekaligus menjadi ruang, bagi perempuan-perempuan di UIT JBT khususnya, untuk bertumbuh dan terus berkembang dalam potensi terbaiknya.
“Banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai seorang perempuan di PLN, dan itu terbuka luas didepan kita. Tinggal sekarang, kita mau ambil, atau mau kita biarkan,” pungkas Titi.(aln)