spot_img
28 C
Semarang
Sabtu, 28 Juni 2025
spot_img

Konflik Kelenteng Kwan Sing Bio Belum Usai, Soedomo Mergonoto: “Kalau Tjong Ping Legowo, Semua Beres”

JATENGPOS.CO.ID, TUBAN – Upaya penyelesaian konflik berkepanjangan di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kwan Sing Bio dan Tjoe Ling Kiong Tuban kembali menghadapi jalan terjal. Meskipun mediasi dan kesepakatan telah beberapa kali ditempuh, perpecahan internal masih belum kunjung mereda.

Soedomo Mergonoto, salah satu dari tiga pengelola kelenteng yang dikenal sukses menyelesaikan berbagai polemik besar di Surabaya, kali ini harus menghadapi tantangan yang tidak ringan.

Dilansir dari Radar Tuban, Konsul Kehormatan Republik Polandia di Surabaya itu mengungkapkan keluh kesahnya atas mandeknya penyelesaian konflik di internal kelenteng.

“Belum selesai, Pak. Jika Tjong Ping legowo semua beres,” tulis Soedomo singkat.

Soedomo melaporkan bahwa pada Kamis (26/6) sore, ia menemui Pembimbing Masyarakat (Pembimas) Buddha-Konghucu Kanwil Kemenag Jawa Timur, Ketut Panji Budiawan, untuk berkonsultasi terkait status kepengurusan kelenteng.

Hasil pertemuan tersebut menunjukkan bahwa Ketut Panji juga belum dapat mengesahkan Tjong Ping sebagai ketua perkumpulan karena konflik internal masih berlangsung.

Sebagai bukti komitmen dan landasan legal dalam menyelesaikan sengketa, Soedomo menunjukkan surat kesepakatan yang ditandatangani oleh para pihak, termasuk mantan pengurus dan penilik kelenteng.

Salah satu poin krusial dalam surat itu menyatakan bahwa dalam proses pembentukan yayasan baru, tidak boleh melibatkan pihak-pihak yang sedang bertikai maupun kelompok pendukungnya. Poin tersebut ditegaskan sebagai bentuk netralitas dan upaya menjaga keutuhan lembaga ibadah.

Surat yang bertanggal 9 Oktober 2021 itu menjadi dasar pengelola Surabaya untuk membentuk yayasan sebagai badan hukum yang menaungi kelenteng, dengan tujuan menjaga keberlanjutan dan keamanan aset kelenteng, termasuk rekening bank dan sertifikat tanah yang masih atas nama yayasan lama.

“Pertimbangan tersebut demi keutuhan dan keadilan pelaksanaan perdamaian dan pembenahan,” terang Soedomo.

Dokumen kesepakatan tersebut telah ditandatangani oleh sembilan tokoh penting kelenteng, termasuk Tjong Ping, Alim Sugiantoro, dan Gunawan Putra Wirawan. Dua tokoh Tionghoa lainnya, Pepeng Putra Wirawan dan Gunawan Herlambang, turut bertindak sebagai saksi.

Soedomo juga mengungkapkan bahwa ketika ia mengingatkan Tjong Ping tentang isi kesepakatan tersebut, Tjong Ping hanya menjawab singkat: “Ya Pak, maaf lupa. Stress berat.”

Lebih lanjut, ia mengutip usulan dari Gunawan Putra Wirawan yang mendorong kompromi dengan cara mengajukan masing-masing lima nama dari pihak-pihak yang berselisih untuk dimasukkan dalam kepengurusan yayasan baru yang dibentuk oleh tim Surabaya.

Soedomo menolak tudingan bahwa ia dan timnya berusaha mengambil alih kelenteng. Ia bahkan merasa difitnah.

“Masak, saya dibilang bajingan besar mau caplok kelenteng Tuban,” ujarnya geram.

Di akhir pernyataannya, pria keturunan Go Tek Hwie itu mengirimkan foto Tjong Ping yang tengah memegang surat kesepakatan yang baru ditandatangani. Foto itu seolah menjadi simbol bahwa penyelesaian masih mungkin terjadi, asalkan semua pihak bersedia kembali ke jalur kesepakatan awal.

Konflik berkepanjangan di kelenteng ini menjadi sorotan banyak pihak, terutama umat Tri Dharma yang merindukan kedamaian dan soliditas dalam pengelolaan tempat ibadah yang telah menjadi ikon spiritual masyarakat Tuban tersebut. (dea/bis)

spot_img

TERKINI