JATEGPOS.CO.ID, NIAS – Episode pengembangan pariwisata Nias rupanya belum berakhir. Setelah Nias Utara, giliran Nias Selatan yang disambangi Kemenpar. Desa Wisata menjadi topik utama tema workshop yang dibuat Divisi Pengembangan Industri dan Kelembagaan di Hotel Barriga, Nias Selatan, Senin (1/4).
Workshopnya seru. Banyak masukan. Banyak sharing. Dari mulai kendala galian pasir pantai, homestay, desa wisata, pantai, sampai atraksi lompat batu dan tari perang Nias, semua ikut dibahas.
Orkestrasinya dimainkan dengan apik oleh Rinto Taufik Simbolon yang mewakili Divisi Pengembagan Industri dan Kelembagaan. Supporting infonya dibantu tim Pengembangan Destinasi Area I yang dipimpin Widjanarko. Penjelasan payung hukumnya, di-back up Anggota Komisi X DPR RI Salomo Parlindungan Hutabarat. Sementara isu lokal, dihandle Sekretaris Dinas Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Nias Selatan.
Iramanya sama. Tone optimismenya juga sama. Semua sama-sama ingin kompak dan solid memajukan pariwisata Nias Selatan.
“Kalau ingin maju, kita harus kompak, solid, dan maju serentak,” tutur Rinto Taufik Simbolon, Selasa (2/4).
Spirit itulah yang mendasari lahirnya Nias Selatan Incorporated. Seluruh stakeholder pariwisata Nias Selatan bersatu, mensinergikan kekuatan, memperkuat semua lini.
“Kalau kita bersinergi, tidak ada yang bisa mengalahkan Pariwisata Nias Selatan,” katanya.
Bingkai standarnya pun mengarah ke level global. Tidak lagi terkotak-kotak oleh birokrasi yang sempit, dan membelit kepentingan yang lebih jauh.
“Memajukan Pariwisata sama dengan memajukan perekonomian Nias Selatan. Karena pariwisata adalah penyumbang PDB, Devisa dan Lapangan Kerja yang paling mudah dan murah,” kata Rinto yang diamini Widjanarko.
Lantas mengapa harus pariwisata yang digas? Pertama, PDB pariwisata sudah menyumbangkan 10% PDB nasional. Prosentasenya tertinggi di ASEAN. Angka pertumbuhan PDB pariwisata nasional juga lumayan tinggi.
Saat ini, PDB pariwisata nasional tumbuh 4,8% dengan trend naik sampai 6,9%, jauh lebih tinggi daripada industri agrikultur, manufaktur otomotif dan pertambangan.
“Pariwisata memiliki multiplying effect yang paling besar dan konkret di masyarakat. Jadi mari kita bersatu membangun pariwisata Nias Selatan,” timpal Anggota Komisi X DPR RI Salomo Parlindungan Hutabarat.
Kebetulan, Nias Selatan punya potensi pariwisata yang sangat kuat. Ada ombak Pantai Lagundri dan Sorake yang kerap jadi incaran surfer dunia. Ombak pantainya disebut-sebut terbaik kedua di dunia. Bahkan ada yang menilai setara dengan ombak di Hawaii.
Budayanya juga oke. Nias Selatan punya Tari Perang. Rumah Adat. Juga Lompat Batu yang sudah mendunia. Banyak wisatawan datang ke Nias Selatan hanya untuk berinteraksi langsung dan mengenal budaya lokal. Menpar Arief Yahya pun ikut mengangkat emoji tiga jempol atas realita ini.
“Di sinilah Kemenpar mengambil perannya. Nias Selatan bisa langsung didampingi dengan pembinaan. Warganya dilatih untuk menjadi “Change Agent.” Goalnya, menghasilkan warga yang mampu menyebarkan semangat dan cara baru manajemen dan tata kelola menjadi desa wisata yang baik,” terang Menpar Arief Yahya.
Namun, pariwisata tak bisa bergerak sendirian. Untuk mencapai tahapan pendongkrak ekonomi nasional, pariwisata harus dikeroyok rame-rame.
“Semangatnya harus Indonesia Incorporated. Akademisi, pelaku bisnis, komunitas, pemerintah, dan media harus bersatu. Negara ini hanya akan dapat memenangkan persaingan di tingkat regional dan global apabila seluruh stakeholder yang ada bersatu padu untuk fokus mendukung Core Business yang telah ditetapkan. Maju serentak tentu kita menang,” ungkap dia. (rif)