JATENG POS. CO. ID, SEMARANG – Dikucilkan orang tua karena cacat, akhirnya malah berhasil. Itulah Niatus Solihah. Gadis 20 tahun warga Bondowoso Jawa Timur ini sekarang menjadi konten kreator. Dia juga bisa kuliah. Bahkan bisa mengumrohkan kakek- nenek yang mengasuhnya.
“Dari konten kreator, alhamdulilah sekarang saya bisa mewujudkan mimpi-mimpi saya. Bisa kuliah, bisa perbaiki rumah orang tua, bahkan insyaa Alloh bisa mengumrohkan kakek -nenek saya,” katanya, saat podcast dengan JatengPosTV, grup Jateng Pos.
Padahal dulu, kata Niatus, orang tuanya tidak mau menerimanya. Karena dirinya mengalami cacat sejak lahir. Dia tidak punya kedua telapak tangan. Sehingga sejak lahir diberikan kepada neneknya.
“Terus terang, sampai sekarang saya belum pernah merasakan hidup serumah dengan orang tua. Masa kecil hingga SMA hidup dengan nenek, lalu sekarang merantau di Semarang, ” kata mahasiswi UPGRIS Semarang ini.
Ceritanya, saat masih SMA, Niatus membuat konten Tiktok sehari-hari di rumah neneknya di Bondowoso. Karena ada dermawan di Semarang yang iba, dia diminta ke Semarang. Bergabung dengan Yayasan Al-Fatihah.Com. Di yayasan inilah, Niatus diberi beasiswa kuliah gratis.
“Karena saya ada hafalan Quran, saya disuruh ngaji lalu dibuatkan video. Sejak itulah banyak netizen yang respek dengan saya hingga akhirnya akun Tiktok dan IG saya diikuti jutaan orang,” kata pemilik akun Titok:@niatus16_mans, yang jumlah followernya hingga 1,6 juta itu.
Dari situ, Niatus yang dulunya pemalu akhirnya berubah. Dia makin percaya diri untuk mengelola konten Tiktok maupun IG nya. Konten-konten di Tiktoknya ada yang dilihat hingga 7 juta orang.
“Akhirnya banyak orang mengenal saya, lalu minta endors produk, minta ngisi seminar, bahkan ada yang mengumrohkan saya bersama kakek nenek saya, insyaa Alloh berangkat bulan Maret 2024,”kata gadis mungil ini.
Undangan-seminar dan televisi juga terus mengalir. Niatus pernah diundang acara Kick Andy, RCTI, dll. Mengisi acara-acara radio, endors produk dan lainya.
Dari uang membuat konten, seminar, dan sejumlah acara, Niatus bisa membeli apa yang diinginkan. Bahkan tiap bulan mengirim uang kepada orang tua dan neneknya di desa.
“Meski sampai sekarang belum mendapat kasih sayang orang tua, saya tetap berusaha berbuat baik kepada keduanya, semoga suatu saat beliau mau menerima saya, ” harapnya.
Dalam keterbatasan fisik, Niatus juga pernah mendapat kesempatan praktek atau magang kerja di Thailan. Meskipun biaya dokumen dan lainya ditanggung kampus, untuk biaya hidup dan lainya di sana dia tanggung sendiri.
“Jurusan kuliah saya tentang pendidikan PAUD, saya pengin jadi guru anak-anak, ” jelasnya.
Kini, di sela kuliah dan menjadi konten kreator, Niatus mengisi waktunya dengan menjadi pengasuh bayi terlantar di yayasan Rumah Anak Surga Semarang.
“Di sini saya mengasuh 70 an bayi bersama relawan yang lain. Saya jalani dengan ikhlas, karena saya kasihan betapa sedihnya bayi-bayi ini ditinggalkan orang tuanya, saya pernah merasakan hal yang sama,” tambahnya. (jan)