JATENGPOS.CO.ID, BENGKULU – Pameran kopi turut meramaikan Festival Bumi Rafflesia (FBR) 2019, 18-22 Juli 2019. Bengkulu seolah ingin menegaskan posisinya sebagai penghasil kopi Robusta terbesar ke-3 di Indonesia. Atau setelah Sumatera Selatan dan Lampung.
Pameran kopi yang digelar di Sport Center Pantai Panjang ini, juga dihadiri oleh musisi Gilang Ramadhan. Drummer papan atas Indonesia itu adalah Duta Kopi Indonesia. Gilang mengatakan, kopi Robusta Bengkulu memiliki kekhasan tersendiri karena ditanam di atas ketinggian 1.000 mdpl.
“Jadi secara rasa unik. Tinggal promosi dan pengemasan dibuat sebaik mungkin. Tujuan saya cuma satu, yaitu bagaimana petani kopi sejahtera. Tentu ini butuh sinergi dari hulu ke hilir,” ujar Gilang, Senin (22/7).
Dari seluruh penjuru dunia, terang Gilang, kopi bukan lagi dinikmati kaum tua saja tapi sudah merambah ke kalangan anak muda. Sehingga, kopi saat ini audah memiliki segmen pasar yang besar.
“Kopi tidak lagi identik dengan bapak-bapak, tapi anak muda dan wanita sekarang suka kopi,” jelas pembina Drummer Indonesia ini.
Mantan drummer band God Bless ini juga berniat membantu promosi kopi Bengkulu melalui seni. aitu dengan menggelar pertunjukan Jazz and Coffee di Benteng Marlborough yang dikonsep secara streaming.
“Dengan konsep streaming maka seluruh penjuru dunia akan melihat dan mengenal kopi Bengkulu,” pungkas suami aktris dan pembawa acara Shahnaz Haque ini.
Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengatakan, dalam rangkaian event TOP 100 Calendar of Event Kementerian Pariwisata, Festival Bumi Rafflesia yang akan digelar selama 5 hari ini, pemeran kopi mengangkat tema ‘Rafflesia Coffee Culture’. Acaranya tak pernah sepi dari pengunjung.
“Sengaja tema Rafflesia Coffee Culture kita angkat. Karena Bengkulu punya tradisi ngopi yang kuat selain sebagai penghasil kopi Robusta terbesar ke-3,” jelas Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah.
Gubernur Rohidin menambahkan, pihaknya sengaja angkat lagi tradisi dan budaya ini dengan konsep kekinian. Karena kopi saat ini sudah masuk fase ketiga dalam perkembangannya.
“Ngopi sudah jadi trend. Pada fase ini, orang tidak lagi hanya sekedar ngopi tapi kebanyakan ingin tahu dan melihat langsung proses penyeduhan kopi,” terang Rohidin.
Melalui event ini, kata Rohidin, masyarakat maupun wisatawan dapat langsung melihat proses seduh kopi on the spot. Harapannya, brand kopi Bengkulu benar-benar jadi brand unggulan Bengkulu.
“Kita jadikan Bengkulu leading sector Sumatera Coffee Trading House. Dan alhamdulillah seluruh Gubernur se-Sumatera menyetujui itu pada acara Rakor kemarin,” jelas Rohidin.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu Irsan Setiawan menyampaikan, acara ini merupakan ajang silaturahmi antar pelaku usaha kopi serta untuk promosi kopi lokal Bengkulu pada masyarakat dan wisatawan.
“Kita booming-kan event ini untuk menarik minat wisatawan asing tahun depan,” terang Kadispar di lokasi pameran kopi. Selain itu, ini juga sebagai bentuk stimulus bagi para pelaku usaha kopi.
“Harapannya ke depan, dampak ekonominya terasa. Karena event kita ini dibantu promosi oleh Kemenpar, GenPI, rekan-rekan media semua dan beberapa komunitas di Bengkulu sehingga tersebar luas keluar Bengkulu,” kata Irsan.
Sekitar 11 brand kopi ikut memeriahkan acara ini. Diantaranya, Anaktu Kopi, Ikola Kopi, Kopi Gading Cempaka, Sayoku Kopi, Konakito Kopi, Jurnal Kopi, Juna Kopi, Bencoolen Coffee, Bsamo Kopi, Papuk Mamuk Kopi, dan Tman Kopi. Semua brand kopi ini bermain di kelas kopi premium.
Sajian akustik tiap malamnya, membuat para pengunjung tahan berlama-lama hingga acara benar-benar ditutup oleh panitia pada jam 22.00 WIB.
Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Management CoE Esthy Reko Astuty mengatakan, Indonesia sangat kaya akan komoditas kopi. Dari Sabang sampai Marauke, Indonesia mempunyai jenis-jenis kopi yang khas, baik dari kelompok Arabika maupun Robusta. Karenanya, upaya mempromosikan kuliner Indonesia dengan ikon kopi itu sekaligus mengangkat potensi yang dimiliki Tanah Air.
“Kopi Bengkulu sangat khas dan sangat terkenal di mancanegara. Rasanya nikmat, apalagi bila dinikmati langsung di Bengkulu. Kopi Bengkulu ideal sebagai oleh-oleh saat berkunjung ke Festival Bumi Rafflesia,” kata Esthy.
Menteri Pariwisata Arief Yahya langsung melayangkan dua jempol terhadap Festival Bumi Rafflesia. Menurut mantan Direktur PT Telkom itu, atraksi wisata memberikan dampak langsung dan tidak langsung bagi Tambora.
Dampak langsungnya adalah datangnya wisatawan ketika festival berlangsung. Sedangkan dampak tidak langsungnya adalah promosi akibat pemberitaan oleh media massa.
“Direct impact dan indirect impact-nya besar. Hotel laku, restoran hidup, UMKM berjalan, pedagang kaki lima ikut kebagian rezeki. Belum lagi coverage media. Dunia semakin mengenal Bengkulu dengan bunga Raflesia-nya. Tentunya ini juga berdampak pada juga pada komoditas pendukung pariwisata seperti kopi Bengkulu,” kata Menpar Arief Yahya.(rif)