35 C
Semarang
Kamis, 16 Oktober 2025

Menunggu ‘Sihir’ Mourinho

JATENGPOS.CO.ID, LISBON – Jose Mourinho kembali jadi sorotan. Cinta atau benci, kehadirannya selalu membawa panggung drama. 5,5 tahun sejak terakhir kali mendampingi tim di Liga Champions. saat Roma kalah 0-3 dari Leipzig di babak 16 besar, kekalahan agregat terburuk sepanjang kariernya.

Kini ia kembali ke kompetisi elite bersama Benfica, klub yang 25 tahun lalu memberinya kesempatan pertama sebagai pelatih tim utama. Namun, menyebut ini sebagai pulang kampung mungkin menyesatkan.

Saat menandatangani kontrak dengan Benfica pada September 2000, Mourinho sebenarnya sudah lebih dulu bekerja di Sporting CP dan Porto sebagai asisten Bobby Robson.

Kisahnya di Benfica pun singkat. Ia direkrut oleh presiden klub jelang pemilihan, tetapi dua bulan kemudian ketika presiden baru terpilih, Mourinho menuntut perpanjangan kontrak sebagai bukti kepercayaan.

Klub menolak dengan alasan terlalu dini, ia baru melatih 11 laga, enam di antaranya dimenangkan, dan Mourinho memilih mundur keesokan harinya. Keberanian itu menjadi ciri khasnya. Di usia 37 tahun, tanpa rekam jejak selain 11 pertandingan, ia nekat meninggalkan klub terbesar di Portugal.

Taruhannya terbayar: kurang dari tiga tahun kemudian, Mourinho meraih gelar liga dan trofi Eropa bersama Porto. Tak sampai satu dekade, ia sudah menangani Real Madrid, berbekal dua trofi Liga Champions, enam gelar liga di tiga negara berbeda, dan reputasi sebagai pelatih tak tersentuh.

Baca juga:  Sejajar Tiga Legenda

Namun, setelah masa keemasan itu, grafiknya menurun. Tiga musim di Madrid menghasilkan satu gelar La Liga, satu Copa del Rey, serta perseteruan legendaris dengan Pep Guardiola.

Pulang ke Chelsea ia sempat meraih gelar ganda Premier League dan Piala Liga, tetapi juga menorehkan satu di antara peringkat liga terburuk klub.

Di Manchester United, ia kerap bicara soal “empati”, tetapi dua setengah musim hanya menghadirkan trofi Liga Europa dan Piala Liga. Di Tottenham, kebersamaannya hanya bertahan 17 bulan, bahkan dipecat sehari sebelum final Piala Liga.

Roma sempat menghidupkan kembali aura gladiator Mourinho lewat gelar Conference League dan final Liga Europa, tetapi hasil liga yang mengecewakan membuatnya dipecat.

Petualangan singkatnya di Fenerbahce berakhir musim panas lalu. Klub raksasa Turki itu tersingkir di kualifikasi Liga Champions untuk tahun kedua beruntun dan gagal bersaing di liga, finis 11 poin di belakang juara. Presiden klub, Ali Koc, terang-terangan menyebut gaya bermain Mourinho tidak sesuai kebutuhan tim.

Bagi para pengkritiknya, Mourinho hanyalah “dinosaurus” yang ketinggalan zaman. Tingkahnya yang dulu dianggap menghibur, dari bersembunyi di keranjang cucian demi menyelinap ke stadion, hingga komentar pedas soal sepak bola Turki yang “bau”, kini dianggap basi.

Baca juga:  Bertahan di Zona UCL

Narasi “us vs. the world” (kami melawan dunia) yang dulu membakar semangat tim, kini tak lagi ampuh menjaga konsistensi di liga.

Meski begitu, di kompetisi piala, Mourinho masih punya sentuhan. Dalam 10 tahun terakhir, ia berhasil membawa timnya ke lima final domestik maupun Eropa. Format dua leg atau laga hidup-mati memberi ruang baginya untuk mengobarkan semangat berperang yang jadi ciri khas.

Kini, Benfica menghadirkan tantangan mirip dengan Fenerbahce. Meski hanya sekali juara liga dalam enam musim terakhir, mereka tetap klub terbesar dan paling populer di Portugal.

Perbedaannya, Benfica dikenal sebagai penghasil talenta muda yang kemudian dijual ke klub besar Eropa, bukan pengoleksi bintang veteran seperti di Turki.

Bagi Mourinho, membangun mental “terkepung” di negara asalnya sendiri jelas lebih sulit, apalagi dengan reputasi yang sudah lama ia bawa.

Namun, bagi penonton netral, ini tetap tontonan menarik: apakah Mourinho bisa menemukan kembali “sihirnya”, atau justru akan menjadi drama penuh gejolak yang membuat sepak bola makin ramai diperbincangkan. (bol/riz)


TERKINI

Siswa SD Jepang Sambut Gembira Program MBG

Energi Baru Azzurri

Ditawar Al-Hilal Rp 7,6 Triliun


Rekomendasi

...

PSG Tawar 250 Juta Euro

Memburu Kemenangan

Arya Pratama Dipanggil Timnas Indonesia

Spurs Incar 8 Besar

Si Super Agen