28.4 C
Semarang
Rabu, 8 Oktober 2025

Beratnya Bekerja untuk Roman Abramovich

JATENGPOS.CO.ID,  LONDON – Carlo Ancelotti mengungkapkan selama karier manajerialnya, tekanan terbesar dirasakannya saat bersama Roman Abramovich di Chelsea. Pelatih asal Italia yang kini menangani Timnas Brasil itu menuliskan pengalamannya dalam autobiografi terbarunya, The Dream, Winning the Champions League.

Ancelotti kini bertugas membimbing Brasil ke Piala Dunia tahun depan setelah kariernya yang gemilang saat menangani klub-klub termasuk Juventus, Milan, Chelsea, PSG, dan Real Madrid. Artinya, ia pernah bekerja di bawah mantan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi, serta bos PSG Nasser Al-Khelaifi, dan Presiden Real Madrid, Florentino Perez.

Ancelotti, satu-satunya manajer yang sudah lima kali menjuarai Liga Champions, bercerita bayang-bayang sang pemilik selalu mengiringi masa dua tahunnya di Stamford Bridge.

Ancelotti gabung Chelsea pada 2009 dan langsung meraih gelar ganda, yaitu Premier League dan Piala FA di musim debutnya. Namun, ia tetap merasa tidak pernah lepas dari tekanan. Bahkan sejak kekalahan mengejutkan 1-3 dari Wigan di awal musim, Abramovich langsung hadir di tempat latihan untuk menuntut jawaban.

“Saya sadar saat itu bayangan Abramovich mulai menaungi saya. Dia ingin segalanya berjalan sempurna, dan jika tidak, saya yang harus memberi jawabannya,” tulis Ancelotti, seperti dikutip dari The Sun, Kamis (25/09/2025).

“Saya tahu rekor saya hanya akan membawa saya sejauh ini. Abramovich menegaskan ingin saya memenangkan Liga Champions bersama Chelsea dan agar Chelsea mengukir identitasnya di lapangan.”

Baca juga:  7 Kandidat Pengganti Southgate

“Tetapi sekarang saya bekerja untuk seorang oligarki Rusia yang tiba-tiba saya pahami mengharapkan segalanya berjalan baik sepanjang waktu. Dan jika tidak, ia ingin tahu alasannya. Tugas sayalah untuk memberikan jawabannya,” imbuh dia.

Ancelotti mengatakan saat itu dirinya baru beberapa pekan menangani Chelsea, ketika realita keras menamparnya, gara-gara kekalahan mengejutkan 1-3 dari Wigan. Dalam pertandingan tersebut Petr Cech kena kartu merah.

“Saat itulah bayangan pertama mulai muncul di masa-masa saya di klub. Abramovich berada di tempat latihan keesokan paginya setelah menuntut jawaban. Apa yang salah?” kenang Ancelotti.

“Saya tidak pernah mendapatkan pengawasan seketat ini dari Berlusconi. Dia adalah pemilik yang sangat menuntut dan terkadang membeli pemain yang tidak saya butuhkan dan mengharapkan saya untuk memasukkan mereka ke dalam tim atau berdebat tentang taktik.”

“Tetapi untuk sebagian besar waktunya, dia adalah Perdana Menteri Italia sehingga tidak ada manajemen mikro. Dia memiliki hal-hal yang lebih penting untuk dipikirkan,” cetus Ancelotti.

Ancelotti juga menyinggung bagaimana keberhasilan Jose Mourinho bersama Inter Milan menambah beban. Kekalahan Chelsea dari Inter di Liga Champions 2010 membuat hubungannya dengan Abramovich makin renggang.

“Masalahnya, saya dianggap sebagai sosok kebalikan Mourinho, tenang, rasional, dan mampu menghidupkan tim. Tetapi saat Mourinho justru menyingkirkan kami, pemilik klub merasa dipermalukan,” kata Ancelotti.

Baca juga:  Berlabuh di Juve

Hubungan memburuk pada musim kedua. Kepergian Joe Cole, Michael Ballack, dan Deco melemahkan skuad, sementara kedatangan Fernando Torres dengan harga £50 juta justru menjadi bumerang.

Ancelotti menuliskan bahwa Abramovich bahkan memecat asistennya, Ray Wilkins, tanpa berkonsultasi. Situasi kian runyam saat Torres tampil buruk, hingga ia nekat menarik keluar sang striker di laga perempat final Liga Champions melawan Manchester United.

“Torres adalah pilihan pribadi Abramovich. Dengan menggantinya, saya seolah menantang keputusan sang pemilik. Itu kesalahan besar, karena pada akhirnya, Anda tidak bisa melawan pemilik klub,” kenangnya.

Chelsea akhirnya tersingkir, dan setelah kekalahan di laga terakhir melawan Everton, Ancelotti menerima kabar pemecatan hanya di sebuah koridor Goodison Park.

Meski diakhiri dengan cara pahit, Ancelotti menegaskan tetap mengenang masa-masanya di London dengan positif. Ia bahkan mendapat perpisahan hangat dari para pemain senior seperti John Terry, Frank Lampard, Didier Drogba, dan Ashley Cole. “Setiap hari di Chelsea adalah hari yang baik,” ujarnya.

Ironisnya, Abramovich akhirnya meraih trofi Liga Champions setahun kemudian. Namun, Abramovich tetap memecat manajer penggantinya, Roberto Di Matteo, hanya enam bulan setelah gelar bersejarah itu. (bol/riz)


TERKINI


Rekomendasi

...

‘Dirampok’ Ballon d’Or 2025

Cari Posisi yang Pas

Berlabuh di Arsenal

Termahal Part 2

Siapa Yang Lebih Siap

Arsenal vs Real Madrid Aston Villa vs...