JATENGPOS.CO.ID, JAKARTA – Timnas Curacao mencetak sejarah. Untuk pertama kalinya, tim berjulukan The Blue Family itu berhasil lolos ke Piala Dunia 2026.
Curacao menyegel satu tempat di putaran final Pildun 2026 setelah keluar sebagai juara Grup B putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Concacaf.
Armada Dick Advocaat itu menorehkan 12 poin dari enam pertandingan. Curacao unggul satu angka atas Timnas Jamaika, tiga poin atas Timnas Trinidad dan Tobago, dan 12 angka atas Timnas Bermuda.
Media Amerika Serikat, The New York Times, mencatat Timnas Curacao menjadi negara dengan populasi terkecil yang pernah melaju ke Piala Dunia.
Jumlah penduduk The Blue Family hanya mencapai 185.487 jiwa dengan luas wilayah 444km persegi, lebih sedikit ketimbang Islandia 398.266 jiwa, yang sebelumnya menjadi negara populasi terkecil yang melangkah ke Piala Dunia pada 2018.
Per ranking FIFA terbaru pada 17 Oktober 2025, Curacao menduduki peringkat ke-82 dengan 1295,52 poin. Keberhasilan Curacao lolos ke Piala Dunia 2026 tidak lepas dari tangan dingin Advocaat, nakhoda berpengalaman asal Belanda yang telah malang melintang di Eropa.
Arsitek berusia 78 tahun itu pernah menangani Timnas Belanda tiga kali pada 1992-1994, 2002-2004, dan 2017. Selain itu, ia juga pernah mengepalai PSV Eindhoven, Timnas Belgia, Timnas Rusia, Sunderland, hingga Feyenoord.
Kilas balik ke belakang, pada tiga tahun lalu, Curacao pernah bertandang dua kali untuk melawan Timnas Indonesia dalam FIFA Matchday September 2022.
Hasilnya, The Blue Family dua kali kalah menghadapi kesebelasan yang kala itu menempati posisi ke-155 ranking FIFA. Curacao menyerah 2-3 pada 24 September 2022 dan 1-2 pada tiga hari berselang.
Curacao juga pernah dilatih oleh Patrick Kluivert, juru taktik Timnas Indonesia pada periode Januari-Oktober 2025.
The Blue Family dua kali ditangani Kluivert pada 2015-2016 dan 2021 dengan hasil empat kemenangan, empat imbang, dan enam kekalahan dari 14 pertandingan.
Keterkaitan Curacao dengan Indonesia makin kuat tatkala striker Persis Solo, Gervane Kastaneer, menjadi bagian dari kesuksesan The Blue Family menembus Piala Dunia 2026.
Kepulauan kecil di Karibia, Curacao, menjadi negara terkecil yang pernah lolos ke Piala Dunia. Curacao menyegel satu tempat di putaran final Piala Dunia 2026 setelah keluar sebagai juara Grup B putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Concacaf.
Armada Dick Advocaat itu menorehkan 12 poin dari enam pertandingan. Curacao dengan populasi sekitar 155.000 jiwa memecahkan rekor negara dengan populasi terkecil yang sebelumnya dipegang Islandia (331.000), yang lolos ke Piala Dunia 2018.
Dengan luas 444 kilometer persegi, Curacao juga menggeser Tanjung Verde (4.033 kilometer persegi) sebagai peserta Piala Dunia dengan wilayah terkecil. Sebagai pembanding, luas Kota Jakarta adalah 661 kilometer persegi.
Pelatih Curacao, Dick Advocaat, akan menjadi pelatih tertua di Piala Dunia, berusia 78 tahun, memecahkan rekor Otto Rehhagel saat dia melatih Yunani di usia 71 tahun pada 2010.
Curacao, negara dengan penduduk hanya 156.115 jiwa dan luas daratan 444 kilometer persegi berada 37 mil dari pantai Venezuela. Curacao baru menjadi negara bagian di Kerajaan Belanda pada tahun 2010, setelah pembubaran Antillen Belanda.
Sepuluh tahun yang lalu, mereka berada di peringkat ke-150 FIFA, sekarang mereka berada di peringkat ke-82. Format Piala Dunia 2026 yang diperluas, dengan menampilkan 48 negara, bukan 32, ditambah fakta bahwa tuan rumah Kanada, Meksiko, dan Amerika Serikat semuanya lolos otomatis, telah memberi Curacao peluang yang jauh lebih baik.
Untuk Piala Dunia 2026, Curacao menjadi satu dari empat tim debutan keempat, bergabung dengan Tanjung Verde, Uzbekistan, dan Yordania.
“Ini gila dan akan menjadi salah satu hal terbesar yang akan terjadi pada Curacao. Luar biasa dan menakjubkan. Bahkan beberapa tahun yang lalu, Anda bahkan tidak akan memikirkannya,” kata gelandang Juninho Bacuna dikutip dari BBC Sport.
Dari zona Concacaf, Curacao akan bergabung di Piala Dunia bersama Haiti dan Panama, sementara Jamaika harus bermain di play-off Interkontinental.
Sejak Januari 2024, Advocaat, 78 tahun, telah melatih tim nasional yang kedelapan setelah tiga kali membela Belanda, serta melatih Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Belgia, Rusia, Serbia, dan Irak.
Dia membantu Belanda mencapai perempat final Piala Dunia 1994 dan Korea Selatan tersingkir di fase grup pada 2006.
Advocaat baru menjadi pelatih Curacao setelah sengketa pembayaran antara para pemain dan asosiasi sepak bola negara tersebut diselesaikan, dan dia langsung menargetkan lolos ke Piala Dunia 2026.
“Semua orang tahu Dick Advocaat adalah nama besar, dia pelatih hebat, dan semua orang menghormatinya dalam keputusan dan cara kerjanya,” tambah Bacuna.
“Kehadirannya sangat penting bagi kami sebagai tim dan juga bagi negara, dan dampaknya sangat besar.”
Selain memiliki manajer asal Belanda, mayoritas pemain di skuad Curacao lahir di Belanda, tetapi memiliki ikatan keluarga yang memungkinkan mereka bermain untuk tim Advocaat.
Skuad mereka terdiri dari bek Livingston, Joshua Brenet, gelandang Rotherham, Ar’jany Martha, penyerang Middlesbrough, Sontje Hansen, dan gelandang Sheffield United, Tahith Chong, yang lahir di Curacao dan sebelumnya bermain di Manchester United.
Bagi Bacuna, membela Curacao juga merupakan kesempatan untuk bermain sepak bola internasional bersama kakak laki-lakinya, Leandro, kapten tim, dan itu merupakan bagian penting dari motivasinya setelah dia mewakili Belanda di level U-21.
“Saya mulai bermain untuk Curacao pada 2019 dan itu adalah keputusan besar bagi saya,” ungkap Juninho Bacuna. “Saat itu saya baru berusia 21 tahun dan masih memiliki banyak waktu untuk melihat peluang saya di tim nasional Belanda.”
“Tetapi saya membuat pilihan sejak dini untuk bermain untuk Curacao. Salah satu alasannya adalah saya bisa bermain di tim yang sama dengan saudara laki-laki saya dan agar keluarga bisa melihat kami bermain bersama,” lanjutnya.
Bacuna merasa kemajuan sepak bola Curacao akan menginspirasi lebih banyak pemain kelahiran Belanda untuk mewakili tim.
“Kami melihat lebih banyak pemain yang masih muda dan mampu bermain untuk Belanda, dan mereka datang untuk bermain untuk Curacao, dan membuat tim semakin kuat,” tambah Bacuna.
Sebagai negara otonom di bawah Belanda, semua warga negara Curacao memiliki paspor Belanda dan menikmati hak yang sama dengan penduduk Uni Eropa.
Kasus unik ini, memicu peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah sepak bola, Curacao lolos ke Piala Dunia 2026 tanpa seorang pun pemain yang lahir di wilayahnya.
Ke-24 pemain yang dipanggil oleh Dick Advocaat, semuanya kelahiran Belanda. “Banyak pemain yang bermimpi bermain untuk Belanda. Beberapa sudah berusia 23, 24, atau 25 tahun dan tidak lagi memikirkan tim nasional. Kita harus memberi mereka kesempatan,” lugas Advocaat. (bol/riz)








