JATENGPOS.CO.ID, SALATIGA – Ketua Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia ( PHRI) cabang Kota Salatiga Arso Adji mengatakan selama pandemi yaitu sejak bulan akhir Maret lalu hingga saat ini okupasi hotel dan omset rumah makan di Salatiga terjun bebas. Berkisar antara 10 persen hingga 20 persen saja.
“ Karena kondisinya seperti ini, maka dengan terpaksa rumah makan dan hotel merumahkan karyawannya rerata sekitar 50 %. Namun memang ada pula yang beroperasi seperti biasa tergantung situasi dan kondisi,” ujar Arso Adji saat dihubungi Jateng Pos, Kamis (7/5) kemarin.
Dikatakannya, untuk membantu para karyawan yang dirumahkan tersebut, PHRI ikut mengajukan ke pihak terkait ( melalui Dinas Pariwisata) agar para karyawan hotel dan rumah makan yang dirumahkan dan terdampak bisa mendapatkan bantuan.” Dan sebanyak 96 orang lolos verifikasi dan sudah mendapatkan bantuan. Ada yang tidak dapat memang karena dari verifikasi ada yang bukan ber-KTP Salatiga. Namun ada juga yang kelewatan, makanya ini akan kita ajukan lagi,” imbuh pemilik rumah makan Joglo Rini ini.
Dikatakannya, untuk rumah makan jam buka sesuai aturan yang dibuat Pemkot maksimal pukul 20.00 ( 8 malam), dan awal-awalnya harus dibawa pulang ( bungkus), namun diperbolehkan makan ditempat dengan tetap menjaga protokol kesehatan, yaitu menjaga jarak memakai masker, mencuci tangan sebelum masuk rumah makan dan memathui protokol kesehatan lainnya.
Arso Adji mengaku untuk rumah makannya sendiri ia merumahkan hampir 80 karyawannya, namun demikian ia tetap bertanggungjawab atas nasib karyawannya karena sudah seperti keluarga sendiri.” Berkurang 80 % karena saat ini yang bekerja hanya 8 atau 12 orang saja, kiat saya yang masuk saya gilir setiap harinya biar bisa merasakan kerja,” pungkas Arso Adji sembari berharap agar wabah Covid19 cepat selesai. (deb)