Penuh Semangat dan Pantang Menyerah
Semangat hijrah selepas keluar dari rumah tahanan akibat narkoba, membuat Hardadi (46) memutar otak. Bagaimana agar tetap bisa menghidupi keluarganya. Hari-harinya selepas dari Rutan lalui dengan penuh perjuangan.
Jualan nasi dan es sempat dilakoni hingga. Akhirnya menemukan inpirasi untuk berjualan dengan mengolah makanan berbahan singkong. “Memang sebelumnya di kampung kami di Ngaglik sudah ada yang berjualan singkong gethuk kethek yang amat terkenal. Terus terang itu menjadi inspirasi saya. Saya berfikir membuat olahan berbahan singkong yang beda dari yang sudah ada,” ujar Hardadi.
Ia menceritakan merintis usaha singkong keju D-9 mulai dari nol kecil. Sedangkan nama D9 itu sendiri, ia ambil dari kisah perjalanan hidupnya. Dimana Hardadi pernah menjadi narapidana dalam kasus narkoba dan ditempatkan di sel D9.
Dalam merisntis usahanya, Hardadi dan istrinya Dyah Kristanti mencoba berkali-kali untuk menemukan resep yang pas. Tidak langsung menemukan atau semudah yang dikira. “Trial and error ( mencoba dan salah), coba begini coba begitu melalui proses yang panjang,” timpal Dyah Kristanti.
Setelah menemukan resep yang pas, suami istri yang dikaruniai tiga putera ini akhirnya mulai berjualan singkong keju. Mulai dari getok tular, lewat sms atau langsung. “Mulai merintis, pesen satu bungkus seharga Rp 5 ribu pun tetap saya antar ke rumah. Itu pun mereka beli kadang bukan karena suka atau butuh, mungkin karena pekewuh atau kasihan dengan saya,” kata Hardadi sembari tersenyum.
Lambat laun singkong keju yang diberi label D9 ini pun semakin diminati oleh masyarakat. Tidak hanya dari Salatiga saja namun juga dari luar daerah. “Saya juga sering diajak teman-teman dari UMKM Salatiga mengikuti bazar di Solo, Semarang dan lain-lain, sehingga produknya jadi dikenal,” imbuhnya.
Setelah cukup dikenal, singkong keju D9 yang semula dijual melalui gerobak di Lapangan Pancasila, mulai manggrok ( menetap) di rumahnya di Ngaglik. Dengan etalase seadanya dan produksi yang terbatas, lambat laun usaha yang dirintis itu semakin terkenal dan banyak pembeli karena gethok tular alias dari mulut ke mulut..
“Intinya bukan modal besar, tapi semangat , tekun serta pantang menyerah, Insha Allah ada jalan,” tandasnya. Dyah menimpali dan mengistilahkan semangatnya terjun bisnis singkong karena the power is kepepet . Dari situ Dyah dan suaminya pun menjadi aktif dan kreatif serta tidak malu dan gengsi.
“Pokoknya kita berusaha yang halal dan pantang menyerah, jangan malu dan gengsi selagi usaha itu baik,” imbuhnya. Singkong keju D9 yang saat ini kurang lebih memperkerjakan ratusan karyawan ini pun menggandeng kerabat, tetangga dan warga sekitar Salatiga untuk dikaryakan. Mulai dari driver, kupas singkong, penjaga etalase dan sebagainya.
Dalam memilih karyawan pun D9 tidak diskriminatif, intinya yang jujur dan mau bekerja dengan baik. Ada sejumlah karyawan penyandang difabel. Mulai dari buta, cacat fisik, dan sebagainya. “Kami arahkan mereka dan justru menjadi pekerja yang tekun,” imbuhnya.
Saat ditanya kiat suksesnya, pasangan suami istri itu pun memberikan resep bahwa usaha akan berhasil bila bisa memberikan manfaat yang baik kepada lingkungan dan orang lain. “ Insha Allah bila usaha kita memberikan manfaat kepada orang lain, akan lancar,” ujar Dyah.
Dia juga mengingatkan untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT dengan rejeki yang diterimanya, baik (rejeki) sedikit maupun banyak. “Semua harus kita syukuri, sehingga nantinya hidup dan pikiran kita menjadi tenang,” imbuhnya. (deb/sgt)