JATENGPOS.CO.ID, Solo – Pasar Tanggul Surakarta menjadi pasar terbaik untuk penderita difabel sehingga berhasil memperoleh penghargaan dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
Pasar yang direvitalisasi secara total pada tahun 2015 tersebut memang sengaja berkonsep ramah disabilitas. Tujuannya adalah penyandang disabilitas terutama tuna daksa bisa melakukan aktivitas belanja tanpa terkendala oleh rute yang terlalu banyak anak tangga atau kemiringan jalan yang berlebih.
Lurah Pasar Rakyat Tanggul Surakarta Dwi Prasetya Wibowo mengatakan beberapa fasilitas ramah disabilitas yang ada di pasar tersebut di antaranya travelator, toilet duduk, dan selasar dengan lebar 180 cm sehingga memudahkan konsumen yang menggunakan kursi roda saat berpapasan ketika melewati Selasar.
Selain itu, pasar dengan jumlah penjual sebanyak 356 pedagang tersebut juga dilengkapi dengan klinik, mushalla, ruang laktasi, dan ruang paguyuban.
Ia mengatakan pasar yang diresmikan pada tanggal 1 Juni 2015 tersebut terdiri dari dua lantai. Lantai satu digunakan untuk berjualan kebutuhan pokok, di antaranya sembako, daging ayam, dan daging sapi.
Sedangkan untuk lantai dua, digunakan berjualan jajanan pasar, warung makan, dan pakaian. Ia mengatakan pasar tersebut berdiri di atas lahan seluas 2.400 m2.
“Kalau luas bangunannya 2.600 m2 karena terdiri dari dua tingkat. Untuk memberikan kenyamanan kepada pengguna kendaraan, kami juga menyediakan lahan parkir baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat,” katanya.
Ia mengatakan untuk kendaraan roda dua berkapasitas 300 kendaraan, sedangkan roda empat sebanyak delapan delapan unit.
“Kami juga menyediakan titik loading untuk bongkar muat barang dagangan,” katanya.
Pasar Tanggul sendiri bukan merupakan salah satu pasar besar di Kota Solo, bahkan hanya ramai di jam-jam tertentu. Untuk pagi hari, dikatakannya, pasar mulai ramai pukul 05.00-10.00 WIB dan sorenya ramai sekitar pukul 15.00 WIB.
“Karena bukan pasar besar, untuk angka transaksinya juga tidak terlalu tinggi, hanya di kisaran Rp200 juta/hari,” katanya.
Penghargaan Lain
Penghargaan sebagai pasar terbaik kategori ramah difabel dari Menteri Perdagangan bukan merupakan satu-satunya capaian dari pasar yang beralamat di Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Surakarta.
Dwi mengatakan untuk tingkat lokal Pasar Tanggul berhasil menjadi juara I pada lomba pasar terbaik pelaksanaan Solo Great Sale (SGS) 2017 dan juara I kompetisi pasar rakyat tingkat provinsi di tahun 2016.
Ke depan, pihaknya akan menyasar sebagai pasar ramah lingkungan. Untuk merealisasikan cita-cita tersebut, ia mulai mengembangkan bank pasar dengan sistem komposter.
“Di sini kami kerja sama dengan dinas terkait juga akan mengembangkan hidroponik. Bahkan visi ke depan, kami juga akan ramah energi dengan sistem solar cell,” katanya.
Terkait dengan bank sampah tersebut, ia meminta para pedagang untuk memilah sampah dagangannya, yaitu untuk sampah basah dan sampah kering.
“Untuk sampah kan ada dua jenis, yaitu sampah basah atau organik di antaranya sayuran dan buah yang sudah busuk. Ini selanjutnya dicacah dan dimasukkan ke tempat komposter kemudian difermentasikan. Sampah ini akan menghasilkan sampah kering dan cair,” katanya.
Ia mengatakan untuk sampah cair ini nilai ekonomisnya lebih tinggi. Sedangkan untuk sampah plastik dan kardus didaur ulang. Untuk pengelolaannya sendiri, dikatakannya, dilakukan oleh para staf pasar dan pedagang.
“Pedagang yang sudah memilah sampah selanjutnya akan memperoleh uang dari sampah ini. Sebetulnya bisa diterima harian, mingguan, bulanan, atau tahunan, tetapi pedagang mintanya tahunan,” katanya.
Ia mengatakan dalam satu tahunnya, setiap pedagang memperoleh uang dari sampah ini mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
“Tahun lalu paling sedikit dapat Rp350.000, paling besar ada yang sampai dapat Rp1,5 juta,” katanya.
Dengan kepedulian cukup tinggi pada pengelolaan sampah ini diharapkan pasar tersebut bisa memperoleh penghargaan untuk kategori ramah lingkungan.
Anggaran Rp11,5 miliar
Kepala Dinas Perdagangan Kota Surakarta Subagiyo mengatakan anggaran yang dibutuhkan untuk revitalisasi pasar tersebut sebesar Rp11,5 miliar.
“Memang saat itu revitalisasi pasar dilakukan secara total. Dari Wali Kota meminta agar pasar berkonsep ramah disabilitas,” katanya.
Ia mengatakan jika dilihat kemiringan jalan masuk dari jalan raya juga tidak terlalu tajam sehingga penyandang disabilitas tidak akan kesulitan mengakses pasar tersebut.
“Kami juga menyediakan kursi roda dan tongkat kalau saja ada yang membutuhkan benda-benda tersebut,” katanya.
Salah satu pedagang Heni mengaku senang Pasar Tanggul bisa meraih penghargaan sebagai pasar terbaik ramah disabilitas.
“Dulu kan pernah dapat penghargaan di tingkat provinsi dan sekarang dapat yang tingkat nasional. Rasanya senang dan bangga karena saya ikut jualan di sini. Apalagi kan pasarnya juga tidak terlalu terkenal,” katanya.
Ia berharap penghargaan tersebut mampu memotivasi para pedagang untuk meningkatkan pelayanan kepada para pelanggan.
“Saya sudah berjualan di sini sekitar 20 tahun, dari anak saya masih TK sekarang sudah umur 25 tahun. Selama ini saya nyaman apalagi setelah revitalisasi pasar kan jadi lebih bersih,” katanya.
Ia mengatakan lurah pasar maupun staf yang lain tidak jarang terjun langsung untuk menyapu lantai pasar maupun memastikan sampah-sampah terbuang di tempatnya.
“Sering saya lihat pak Lurah menyapu lantai pasar, itu kan bikin pedagang lebih peduli pada kebersihan juga. Kami juga merasa memilik pasar ini,” katanya.
Ia berharap ke depan pasar tersebut bisa terus mempertahankan prestasinya sehingga makin banyak konsumen yang tertarik untuk datang, baik untuk berbelanja biasa maupun berwisata.
“Mudah-mudahan dengan didapatnya penghargaan ini makin banyak yang kenal Pasar Tanggul dan bisa didatangi lebih banyak lagi wisatawan,” katanya. (udi/fid)