JATENGPOS.CO.ID, Yogyakarta – Pedagang dari seluruh pasar tradisional di Kota Yogyakarta sepakat untuk kembali menggaungkan gerakan “Kamis Pon” yaitu kegiatan gotong royong membersihkan pasar tradisional yang sudah dicanangkan sejak awal 2018.
“Kegiatan ini sempat meredup, meskipun seluruh pasar tradisional di Kota Yogyakarta tetap melaksanakannya. Kebetulan, karena ada penggantian unsur kepala dinas yang baru, maka kami sepakat untuk menggaungkan kembali kegiatan ‘Kamis Pon’ ini,” kata Ketua Paguyuban Pasar Tradisional Kota Yogyakarta Budi Kusuma di Yogyakarta, Kamis.
Ia pun meminta agar seluruh paguyuban pasar tradisional membuat kesepakatan terkait jadwal sebagai tuan rumah penyelenggaraan gerakan “Kamis Pon” supaya gerakan tersebut berjalan rutin. Di Kota Yogyakarta terdapat 30 pasar tradisional.
“Ada jadwal yang sudah disusun untuk satu tahun ke depan. Tiap pasar mendapat giliran secara berurutan menjadi tuan rumah. Harapannya, kebersamaan seluruh pedagang pasar tradisional tetap terjaga,” katanya.
Menurut dia, gerakan “Kamis Pon” tersebut akan memberikan banyak manfaat terhadap eksistensi pasar tradisional yaitu menjaga kebersihan pasar sehingga konsumen maupun pedagang dapat melakukan aktivitas jual beli dengan lebih nyaman.
Selama ini, pedagang pasar tradisional di Kota Yogyakarta sudah memiliki slogan yaitu “pasare resik, atine becik, rejekine apik, sing tuku ora kecelik” atau pasarnya bersih, hatinya baik, rejekinya bagus, dan yang pembeli tidak kecewa.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta Yunianto Dwi Sutono mengatakan, akan mendukung secara penuh pelaksanaan gerakan “Kamis Pon” sehingga kegiatan itu akan berjalan secara rutin seseuai periode yang sudah ditetapkan.
“Untuk menggaungkan kembali kegiatan ini, dipilih Pasar Klithikan Pakuncen. Kegiatan tidak hanya dilakukan dengan bergotong royong membersihkan pasar tradisional, tetapi juga diisi dengan kegiatan lain untuk menguatkan kebersamaan seluruh pedagang. Tidak hanya antar pedagang di Pasar Klithikan tetapi dengan pedagang dari pasar tradisional lain,” katanya.
Ia berharap, gerakan “Kamis Pon” tersebut tidak hanya meriah pada awal dicanangkan saja tetapi berlanjut di kemudian hari.
“Gerakan ini tidak boleh berakhir hanya sebagai slogan saja tetapi harus bisa menjadi sebuah kesadaran dan budaya bagi pedagang di pasar tradisional untuk selalu menjaga kebersihan,” katanya yang menyebut pedagang juga memiliki tanggung jawab menjaga kebersihan pasar tradisional.
Sementara itu, pemilihan waktu “Kamis Pon” mengacu pada sejarah perpindahan Keraton Yogyakarta dari Ambar Ketawang ke hutan Pacetokan, berdasarkan Babat Giyanti. (udi/fid)