JATENGPOS. CO. ID, KUDUS – Dalam pagelaran Dandangan 2024 di Taman Menara Kabupaten Kudus Rabu 06/03/2024, Komunitas Seni Samar menghadirkan Barongan Ndas Papat, sebuah eksplorasi mitologis yang dituangkan dalam medium teater. Menjadi sebuah pertunjukan klasik yang apik karya Leo Kartasis.
Komunitas Seni Samar terbentuk 1998, yang beranggotakan beragam latar belakang, dari anak sekolah, mahasiswa, petani, pedagang, security, tukang jahit, buruh pabrik, dan buruh bangunan. Mereka secara rutin berproses kreatif, menghasilkan karya-karya yang dapat diapreasiasikan pada masyarakat.Komunitas Teater Samar beralamat di Omah Pencu, Jalan Anggrek, Panjang Kidul, Desa Panjang, Kecamatan Bae kabupaten Kudus.
Dalam proses kreatifnya, Komunitas Seni Samar banyak menggunakan karya-karya sendiri namun sering juga menggunakan beberapa karya dari penulis lakon terkenal lainnya. Karya –karya Komunitas seni samar bisa di lihat di samar.web.id.
”Komunitas Seni Samar keanggotaannya lebih dari 20 orang. Kami tidak ada senioritas. Semua sama. Kalau gabung belajar seni teater boleh tetapi kalau diakui sebagai anggota itu harus mengikuti tiga kali garapan atau pentas teater,” ungkap ketua komunitas seni Samar Dian Puspita Sari S.Sn.
Menurut Edy Susanto, yang merupakan salah satu pemeran salah satu jenis kepala barongan sekaligus narator melalui lantunan tembang dalam lakon tersebut memang dengan sengaja menghadirkan garapan lakon Barongan Ndas Papat.
Menjadi semacam lintasan pertemuan ruang antara yang lampau dan hari ini, sebuah karya seni teater yang apabila ditarik mundur kepada ruang magis teatral pada zaman yunani kuno. Gerak dan simbol artistik seperti topeng dalam barongan Ndas Papat.
Dengan menggabungkan unsur-unsur mitologis dan artistik, teater menjadi medium yang kuat untuk mengeksplorasi dan merayakan warisan budaya kita. Hal ini mencerminkan esensi dari perkembangan teater sebagai bagian integral dari peradaban manusia sepanjang sejarah.
”Saya berharap, pertunjukan kami kali ini dapat memberikan sebuah kesan akan sebuah perjalanan eksitensi sebuah upacara yang tidak hanya menjdai semacam rememori atau klangenan semata, tetapi lebih kepada kehadiran suatu eksistensi cipta karya yang melampaui ruang dan waktu, “tutur Edy Su sapaan akrapnya saat ditemui Jateng Pos.
Melalui pertunjukan seperti Barongan Ndas Papat, kita dapat melihat bagaimana teater tidak hanya menjadi sarana hiburan semata, tetapi juga merupakan bentuk ekspresi seni yang memperkaya pemahaman kita tentang sejarah, mitos, dan budaya. (ade/rit)