28.1 C
Semarang
Minggu, 10 Agustus 2025

Tradisi Wiwit Kopi Tandai Musim Panen Kopi Muria

JATENGPOS.CO.ID, KUDUS – Petani kopi di Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, kembali menggelar tradisi Wiwit Kopi, untuk menandai dimulainya musim panen kopi tahun ini. Tradisi tersebut digelar di Bukit Guyangan, yang dihadiri langsung Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris, didampingi sejumlah pejabat terkait, Sabtu (9/8).

Diketahui, sebelum melakukan panen ceri kopi atau buah kopi secara simbolis, digelar sejumlah serangkaian kegiatan. Mulai dari kirab gunungan hasil bumi, pertunjukan seni tari Wiwit Kopi, dan dilanjutkan prosesi ‘Ngruwok’ atau memetik ceri kopi langsung dari pohon kopi di Bukit Guyangan.

Tradisi ini menandai puncak musim panen raya yang berlangsung sejak Juli hingga September 2025 mendatang. Kegiatan ini juga sebagai penanda rasa bersyukur para petani atas panen tahun ini.

Ketua Desa Wisata Japan, Mutohar mengatakan, tradisi wiwit kopi bukan sekadar seremoni pertanian, melainkan juga warisan budaya yang terus dijaga oleh masyarakat Desa Japan.

Baca juga:  DPD Nasdem Kudus Resmi Dinahkodai Akhwan

‘’Ini bukan sekadar ritual panen, tetapi sebuah simbol budaya yang kami lestarikan. Sehingga nilai-nilai lokal tetap hidup,’’ kata Mutohar.

Sementara itu, Bupati Kudus, Sam’ani menyatakan bahwa tradisi wiwit kopi patut menjadi ikon budaya, sekaligus destinasi wisata unggulan di Kota Kretek. Menyusul tersedianya tempat camping yang juga patut dikunjungi dan dinikmati wisata alamnya.

‘’Tempat rekreasi camping di Kudus saat sekarang cukup banyak. Seperti di kawasan destinasi Colo, Montel hingga Air Tiga Rasa serta di Japan ini. Wisata alam di Kota Kretek cukup bagus, sambil menikmati kopi Kudus,’’ ujarnya.

Pihaknya pun mendorong petani kopi di Kudus, adanya branding kopi muria menjadi “Kopi Kudus”, agar memiliki daya saing lebih tinggi di pasar regional maupun nasional. Disisi lain, merek kopi muria menunjukkan dari wilayaah Kabupaten Kudus. Baik dari wilayah Desa Japan, Rahtawu, Colo dan Ternadi.

‘’Jadi biar jelas, kopi muria dari Kudus. Sebab (kaki Pegunungan Muria) ada juga di wilayah Jepara dan Pati,’’ jelasnya.

Baca juga:  Penyaluran Bansos Tersendat, Dewan di Pati Geram

‘’Kami harapkan petani kopi maupun pelaku wisata, agar membuat imej
kopi muria menjadi kopi Kudus,’’ imbuhnya.

Dirinya pun berpesan, agar generasi muda dapat meneruskan tongkat estafet dan melestarikan budaya Wiwit Kopi, di tengah perkembangan zaman modern seperti saat sekarang.

‘’Di era perkembangan zaman, budaya kita harus siap menghadapi. Generasi muda pun harus bisa meneruskan warisan adi luhur sesepuh kita ini,’’ kata Sam’ani.

Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kudus, Mutrikah pun mengapresiasi tradisi Wiwit Kopi sebagai kekuatan budaya yang mampu menggerakkan roda ekonomi desa. Diharapkan, Wiwit Kopi dikemas dalam paket wisata budaya yang menarik, guan memberi ruang bagi pelaku UMKM kopi naik kelas.

‘’Tradisi ini bisa memicu petani dan pelaku UMKM kopi, untuk mengeksplorasi potensi kopi Muria agar mendapat nilai tambah,’’ tutupnya. (han/rit)


TERKINI

Rekomendasi

Lainnya