JATENGPOS.CO.ID, KUDUS – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus mencatat realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata, hingga pekan kemarin baru tercapai 47,34 persen atau sebesar Rp2,01 miliar dari beban target tahun ini sebesar Rp4,25 miliar.
Kepala Disbudpar Kabupaten Kudus, Mutrikah mengakui, PAD pariwisata hingga semester pertama tahun ini masih minim, lantaran masih mempertimbangkan kemampuan masyarakat dalam membeli tiket masuk di objek wisata yang ada di Kudus. Khususnya objek wisata yang dikelola Disbudpar Kudus.
‘’Kami akui realisasi PAD tahun ini masih minim. Sebab kita masih mempertimbangkan kemampuan masyarakat membeli tiket masuk objek wisata. Terutama objek wisata yang kami kelola,’’ ungkapnya, saat hubungi, Senin (25/8)
Mutrikah memaparkan, PAD pada sektor pariwisata tersebut, meliputi retribusi pemanfaatan aset daerah baru tercapai Rp 193,965 juta dari target Rp 445,327 juta atau 43,53 persen. Kemudian retribusi tempat khusus parkir Rp 188,546 juta dari target Rp 360 juta atau 52,37 persen, dan retribusi tempat penginapan atau pesanggrahan sebesar Rp 182,596 juta dari target Rp 314,819 juta atau 57,99 persen.
Sementara retribusi tempat rekreasi dan olahraga, yang meliputi UPTD Pengelola Obyek Wisata serta UPTD Museum dan Taman Budaya baru terealisasi Rp 1,44 miliar dari target Rp 2,70 miliar atau 53,44 persen. Sedang pendapatan denda keterlambatan retribusi tercatat Rp 551.789 atau 111 persen dari target Rp 496.739.
‘’Kami optimis sampai akhir tahun target tersebut bisa terlampaui,’’ jelasnya.
Adapun upaya yang dilakukan untuk menutup target PAD tersebut, melalui melalui promosi di beberapa platform media sosial, membangun jaringan dengan daerah lain, hingga menggelar even bersama dengan tingkat nasional. Termasuk mengikuti kegiatan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk memperkenalkan potensi pariwisata Kudus.
Selain itu, melakukan rehabilitasi sarana dan prasarana yang telah rusak, yang ada disejumlah objek wisata yang dikelola Disbudpar Kabupaten Kudus. Hal itu demi kenyamanan dan keamanan pengunjung wisata. Kemudian berupaya menggandeng pihak ketiga untuk mengelola tempat wisata.
‘’Tetapi yang nantinya akan dikerjasamakan dengan pihak ketiga, Adalah objek wisata selain museum. Misalnya di Museum Kretek, yang kerjasamakan hanya wahana permaian yang ada di belakang museum,’’ ungkapnya.
Sambungnya, saat sekarang Disbudpar Kudus telah menyiapkan 23 QRIS di berbagai destinasi wisata untuk memudahkan pembayaran. Namun, kendala di lapangan masih ada karena sebagian masyarakat belum memiliki layanan mobile banking.
‘’Persentase penggunaan QRIS saat ini masih di bawah 50 persen. Ke depan kami akan lebih mengefektifkan tenaga dan SDM untuk melayani loket sekaligus memanfaatkan teknologi pembayaran ini,’’ jelasnya. (han/rit)