JATENGPOS.CO.ID, KUDUS – Nilai transaksi ekonomi di Galeri Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Kudus menunjukkan tren positif. Sejak resmi dibuka pada 8 Desember 2025 lalu, total penjualan di galeri tersebut ditaksir mencapai Rp20 juta hanya dalam kurun waktu sekitar satu bulan.
Galeri UMKM yang berlokasi strategis di pusat kota ini menjadi wadah baru untuk memamerkan produk unggulan sekaligus ruang promosi bagi kreativitas pelaku usaha lokal.
Ketua Dekranasda Kudus, Endhah Endhayani, mengungkapkan bahwa kehadiran galeri ini memberikan dampak signifikan terhadap promosi dan pemasaran produk UMKM. Setiap tamu dari luar daerah yang berkunjung ke Kudus, kini diarahkan untuk mengunjungi galeri tersebut.
‘’Para pengunjung tidak sekadar melihat-lihat, tetapi juga membeli produk sebagai buah tangan. Produk yang paling diminati saat ini adalah bordir, ecoprint, dan camilan ringan,’’ ungkapnya, Sabtu (20/12).
Lanjutnya, saat ini Galeri Dekranasda Kudus memamerkan berbagai produk khas Kota Kretek, mulai dari makanan olahan, batik, biola, busana adat Kudus, miniatur Menara Kudus, hingga kerajinan tangan lainnya. Kehadiran galeri ini memudahkan masyarakat maupun wisatawan mendapatkan produk khas Kudus tanpa harus mengunjungi lokasi produksi yang tersebar.
“Contohnya Jeruk Pamelo yang biasanya identik dengan kawasan Colo, kini bisa dibeli langsung di pusat kota melalui galeri ini,” jelasnya.
Sebagai langkah penguatan, Endhah telah bersurat kepada Bupati Kudus agar mengeluarkan surat edaran bagi Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Isinya mengimbau agar setiap tamu kedinasan dari luar daerah diarahkan untuk membeli oleh-oleh di Galeri Dekranasda.
‘’Ini adalah upaya kami agar produk lokal naik kelas dan dikenal luas. Sejauh ini, pengunjung yang datang sudah ada yang berasal dari Lampung, Sulawesi, hingga Sragen,’’ imbuhnya.
Saat ini, terdapat sekitar 80 produk lokal yang telah dikurasi. Endhah menyebut pihaknya masih membuka peluang bagi pelaku UMKM lain untuk bergabung, dengan kapasitas maksimal sekitar 100 produk. Namun, ada kriteria ketat yang harus dipenuhi, seperti kepemilikan Nomor Induk Berusaha (NIB), izin PIRT, serta kualitas kemasan yang menarik.
Manfaat galeri ini dirasakan langsung oleh pelaku usaha, salah satunya Ali Marzuki. Pengusaha jenang dan bordir ini, mengaku penjualannya meningkat pesat sejak bergabung dengan Dekranasda. Produk jenang miliknya dibanderol mulai harga Rp20 ribu hingga Rp40 ribu. Sementara produk bordir, dipatok berkisar antara Rp250 ribu hingga Rp1 juta per potong.
‘’Sejak galeri dibuka, saya sudah menyetok barang sebanyak lima kali. Setiap kali setor, sekitar 400 produk jenang laku terjual,” ungkap Ali. (han/rit)








