SRAGEN – Guru melalui sekolah yang ikut berbisnis menjual seragam sekolah, diprotes pedagang Tekstil dan Sandang di Pasar Kota di Jalan Raya Sukowati, Sragen.
Hal itu terjadi saat Fraksi Partai Golkar (F-PG) DPRD Sragen melakukan Sambang Pasar di Pasar Kota Sragen.
Bekti, seorang pedagang pasar menemui Wakil Ketua DPRD Sragen Pujono Elli Bayu Efendi yang akrab disapa Bayu, untuk menyampaikan keluhannya.
“Musim pendaftaran siswa baru, tapi guru ikut menjual seragam sekolah,” ujar Bekti dengan nada lantang.
Ketua Fraksi Partai Golkar (FPG) Sri Pambudi ST juga mendengarkan keluhan pedang pasar itu. Mereka minta Bekti menyampaikan dengan tenang, karena apa yang disampaikan nadanya amat keras sehingga menarik perhatian orang.
Bekti mengatakan, kalau guru ingin nyambi berjualan seragam sekolah, silakan berdagang di Lantai II Pasar Tekstil dan Sandang Pasar Kota yang memiliki 98 kios tidak berfungsi dibiarkan kosong. Dipersilakan menempati kios-kios itu.
Bayu menyatakan berterimakasih atas masukan Bekti, karena kehadiran FPG DPRD Sragen ke pasar-pasar memang berniat ingin menyerap aspirasi kalangan pedagang.
Bayu mengungkapkan, hasil peninjauan di Pasar Kota, maupun kunjungan sebelumnya ke Pasar Gondang, Pasar Sukodono dan Pasar Gemolong keluhan yang dirasakan pedagang hampir sama.
“Keluhannya terkait kondisi pasar sepi, retribusi terlalu tinggi minta diturunkan serta drainase pasar perlu dibenahi dan jika hujan lebat pasar masih sering kebanjiran,” ungkap Bayu, Ketua DPD Partai Golkar Sragen.
Menanggapi protes Bekti, Muh Haris Effendi membenarkan praktik lembaga sekolah berjualan seragam itu memang ada. “Penjualnya sekolah, bukan guru,” tuturnya. Namun masyarakat atau Wali Kelas menengarai yang berjualan guru, padahal pihak sekolah.
Terpisah, Yani pedagang seragam sekolah di Pasar Kota mengakui kalau transaksi penjualan seragam sekolah tahun 2024 ini turun drastis, ditengarai akibat sejumlah sekolah juga menjual seragam untuk para siswanya. Dulu, setiap menjelang tahun ajaran baru, banyak orang tua siswa SD, SMP dan SMA memenuhi pasar tradisional. Tapi kondisi sekarang, pasar g tradisional sepi, jarang ada orangtua membelikan seragam puteranya menjelang tahun ajaran baru. “Ternyata memang banyak sekolah menjual seragam, sehingga pedagang tidak kebagian rejeki dari penjualan seragam,” tuturnya.
dengan nada menyesalkan praktik semacam itu.
Bayu mengatakan, FPG DPRD Sragen akan membawa aspirasi masyarakat untuk disampaikan dalam rapat bersama eksekutif nanti. (ars/jan)