JATENGPOS.CO.ID. TEGAL- Exit Tol Trans Jawa Brebes-Tegal yang berada di Desa Kalimati, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal dikeluhkan masyarakat sekitar. Sebab, di jalan itu ada pembangunan jalan beton. Sehingga para pengendara kesulitan saat melintas di Jalan 1 Tegal-Purwokerto itu.
Pantauan di lokasi, Exit Tol Kalimati yang merupakan rangkaian proyek pembangunan Jalan Tol Trans Jawa memasuki tahap pembangunan. Jalan keluar tol itu mulai dibangun dengan menggunakan rijit beton. Namun sebelum jalan exit tol selesai dibangun, kontraktor membangun jalan beton di jalan utama Tegal-Purwokerto. Jalan dibangun hanya sekitar 300 meter dengan ketinggian beton sekitar 30 sentimeter. Jalan tersebut sudah dibangun sejak dua pekan lalu dengan waktu pekerjaan sekitar 4 hari.
Pembangunan jalan beton itu, membuat jalur nasional hanya menggunakan satu lajur sebelah timur. Kendaraan harus bergantian melintas. Tak jarang terjadi antrean kendaraan dan kemacetan karena saling berebut jalan. Pembangunan jalan beton tersebut juga menutup akses jalan para penjual barang-barang kerajinan dari logam.
“Harusnya jalan itu dibangun setelah jalan exit tol selesai. Ini dibangun buat apa? Karena belum ada fungsinya, malahan menggangu lalu lintas,” kata Anggota DPRD Kabupaten Tegal Agus Riyanto, kemarin.
Dia menegaskan, pembangunan jalan beton itu dikeluhkan banyak masyarakat. Dia sempat menyalurkan aspirasi masyarakat kepada kontraktor pembangunan jalan tol Brebes-Pemalang, PT Waskita Karya. Informasi dari PT itu, bahwa pembangunan jalan tersebut perintah dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“Katanya sebagai percobaan. Harusnya jalan itu dibangun setelah exit tol selesai. Tidak ada sosialisasi ke masyarakat,” ujar politisi PKB itu.
Selain membuat macet, lanjut dia, pembangunan jalan itu membuat banjir. Hal itu karena tidak dibangunnya drainase dan trotoar. Kabarnya, jalan itu akan difasilitasi drainase dan trotoar. Namun, hingga kini belum dilaksanakan. Akibat jalan beton itu, sedikitnya 38 pedagang kerajinan logam yang berjualan di tepi jalan tersebut mengeluh sepi. Mereka mengeluh dengan omset penjualan yang turun drastis mencapai 75 persen. Biasanya, para pedagang bisa meraup keuntungan sekitar Rp 1-2 juta perhari.
“Yang lebih terasa lagi para perajin logam di Pesarean, Adiwerna yang membuat wajan, panci dan barang rumah tangga lainnya. Mereka tidak berproduksi karena stok barang di penjual masih banyak,” ujar Agus Riyanto yang akrab disapa Agus Waleh ini. (yer/ima/saf/jpnn/muz)