Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Menyenangkan dengan Metode KWL Pada Teks Fabel

Jatengpos.co.id-Semakin perkembangan zaman pasti ada perubahan kurikulum yang membuat perubahan kegiatan pembelajaran. Perubahan kurikulum ini merubah aspek fokus dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Salah satunya fokus pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum merdeka yaitu kemampuan berbahasa, bersastra, dan berpikir merupakan fondasi dari kemampuan literasi. Membaca merupakan aktivitas untuk memperoleh pengetahuan baru sehingga individu yang bersangkutan mampu menyerap informasi yang disampaikan penulis secara utuh. Hal tersebut selaras dengan pendapat Myles dalam (Ni’matuzahroh, 2020) bahwa membaca adalah serangkaian proses untuk mendapatkan makna dari tulisan, sistem keterampilan yang kompleks, meliputi strategi dan pengetahuan yang berinteraksi secara terus menerus untuk menghasilkan makna bacaan.

Salah satu teks yang dipelajari pada jenjang SMP kelas VII adalah teks fabel. Menurut Ernawati (2019) fabel merupakan cerita yang diperankan binatang berisi karakter dan budi manusia. Pesan moral yang disampaikan teks fabel ini juga perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa. Materi yang sulit bagi siswa SMP Negeri 1 Sluke pada menganalisis unsur-unsur dan kaidah kebahasaaan teks fabel. Hal tersebut dikarenakan siswa harus memiliki pemahaman membaca tidak hanya sekadar membaca tapi juga mengambil pesan setiap isinya.  Guru harus berusaha untuk mencari metode atau model pembelajaran yang tepat. Model utama yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah pedagogi genre. Selain pedagogi genre, pembelajaran bahasa Indonesia dapat dikembangkan dengan model-model lain sesuai dengan pencapaian pembelajaran tertentu (Kemendikbud, 2022). Salah satunya metode KWL. Metode KWL adalah kepanjangan dari (Know, Want, Learn) yang dikembangkan oleh Ogle dalam Zahra (2021) ini digunakan untuk siswa yang sulit menghadapi pemahaman membaca. Siswa tidak hanya membaca tapi juga memahami isi setiap bacaan.

Penerapan strategi KWL dapat diterapkan dengan membuat grafik pertanyaan (K) : para peserta didik akan mulai dengan mengumpulkan segala informasi yang mereka pahami tentang sebuah topik (apa yang sudah kita ketahui). (W) : para peserta didik mengembangkan sebuah daftar pertanyaan tentang apa yang ingin mereka pahami dalam sebuah topik (apa yang ingin kita temukan). (L) :  peserta didik menghasilkan sebuah catatan tentang apa yang dipelajari (learn) oleh para peserta didik sebagai hasil dari keterlibatan mereka dalam metode KWL.

Penerapan metode KWL dalam pembelajaran unsur-unsur dan kaidah kebahasaan adalah sebagai berikut: (1) Guru membagikan sumber bacaan materi untuk dipelajari oleh peserta didik secara mandiri. Peserta didik diberikan sebuah materi, gambar atau video singkat tentang teks fabel. (2) Peserta didik membentuk kelompok untuk diskusi.(3) Guru berkeliling menjadi fasilisator, sehingga siswa yang aktif selama proses pembelajaran (4) Peserta didik diminta untuk menuliskan yang mereka ketahui (Know) teks fabel. Di sini peserta didik  mulai mengungkapkan ide sebelum membaca dan guru dapat bertanya “Apa yang membuat kamu berpikir demikian?”(5) Setelah kolom K terisi, setiap anggota kelompok diminta untuk menulis apa yang ingin mereka ketahui tentang isi teks fabel sesuai judul di kolom W. Guru dapat mencoba memberikan pernyataan seperti,” Apa yang kamu pikirkan akan kamu pelajari tentang topik dari materi yang akan dibahas?”; “Apakah kamu pikir cerita ini akan menjelaskan tentang apa yang tampak pada cover buku?” atau pertanyaan lainnya untuk benar-benar membangkitkan minat membangkitkan minat siswa (pertanyaan seperlunya ).(6) Setelah kolom W tersisi. setiap anggota kelompok diminta untuk mencari jawaban dari hal hal yang ingin mereka ketahui dengan cara mencari tentang unsur-unsur teks fabel di teks fabel yang telah disediakan.(7) Setelah itu, setiap anggota kelompok bisa menulis hasil yang telah mereka ketahui di kolom L.(8) Setelah diskusi kelompok selesai, setiap kelompok mempresentasikan dari hasil pemahaman materi yang sudah mereka pelajari dan diskusikan dalam kelompok. (9) Guru dan peserta didik bersama-sama memberikan kesimpulan dari hasil diskusi dan menerangkan beberapa yang belum dipahami atau belum tersampaikan.

    Penggunaan metode KWL ini tepat untuk diterapkan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sluke pada mata pelajaran teks fabel. Siswa menjadi lebih aktif  dan lebih keras memahami materi pembelajaran bacaan teks fabel yang sedang dipelajari. Selain itu, memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan karena semua siswa aktif dan memahami bacaan teks fabel sehingga mudah untuk menganalisis unsur-unsur dan kaidah kebahasaan.

Dwi Hidayatur Rohmah

Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas PGRI Semarang