Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga Boyolali Akibat Hubungan Sesama Jenis

SESAMA JENIS: Irwan pelaku pembununan dan Bayu Handono, korban pembunuhan. Foto:dok/jatengpos

JATENGPOS. CO. ID, BOYOLALI – Pembunuhan bos kerajinan tembaga di Boyolali terungkap. Korban dibunuh akibat hubungan sesama jenis dengan pelaku.

Ternyata, korban juga seorang atlit lari marathon yang banyak mengikuti even lari nasional.

Pelakunya pembunuhan bernama Irwan (27), warga Sragen. Korbanya pengusaha kerajinan tembaga di Boyolali, Bayu Handono (36). Pembunuhan terjadi karena pelaku yang berprofesi sebagai penjaja sek pria ini minta tarif kencan dinaikan dari Rp 200 menjadi Rp 500. Namun korban menolak. Pelaku juga ingin menguasai harta korban.

Irwan mengaku menyesali perbuatannya. Ia juga. Sebab sebenarnya korban orang yang baik kepadanya. Pengakuan itu muncul saat Irwan dihadirkan dalam jumpa pers di Mapolres Boyolali, Selasa (7/5/2024). Pengungkapan kasus itu juga dihadiri Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Ahmad Luthfi.

iklan

“Kapok Pak, kulo nyesel (Saya menyesal) Pak,” kata tersangka Irwan saat menjawab pertanyaan Irjen Ahmad Luthfi.

Baca juga:  Pemprov Pastikan Persediaan Oksigen di Jateng Aman

Irwan mengaku ia sayang dengan bos tembaga itu. Pasalnya, korban berlaku baik kepadanya. Hanya, dia menekankan bahwa mereka berdua tidak pacaran.

“Sayang Pak, karena dia sudah baik saya sama,” jawab Irwan dengan terbata-bata hendak menangia.

Irwan kemudian ditanya jika memang sayang dengan korban, kenapa ia membunuhnya. Pelaku menjawab bahwa dia ingin menguasai harta si pengusaha tembaga.

“Karena saya ingin mengusai harta korban,” ucap dia.

Korban dibunuh pelaku usai berhubungan sesama jenis beberapa kali. Korban ditemukan tewas di rumahnya di Kampung Kebonso, Kelurahan Pulisen, Boyolali, Jumat (3/5/2024) malam.

Polisi berhasil menangkap Irwan (27) di kawasan Terminal Tirtonadi Solo, Jawa Tengah, Sabtu (4/5/2024) malam. Pelaku diduga melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pembunuhan terhadap korban.

“Kenal korban lewat MiChat. Empat kali (berhubungan badan),” kata Irwan saat konferensi pers di Mapolres Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (7/5/2024).

Baca juga:  Sudaryono: Perintah Ketua, Saya Maju Sebagai Calon Gubernur

Warga Sumberlawang, Sragen itu mengatakan, terakhir melakukan hubungan badan dengan korban sebanyak dua kali.

“Saya disuruh datang ke rumahnya (korban) ngajak ketemuan kangen. Terakhir dua kali (berhubungan badan). Kisaran pukul 21.30 WIB,” ungkap dia.

Saat melakukan hubungan badan, pelaku berperan sebagai laki-laki. Sementara korban berperan sebagai perempuan.

“Yang jadi laki-laki saya. Korban sebagai wanita,” jelasnya.

Dia membunuh korban dengan menggunakan sebuah celurit yang telah dipersiapkan dari tempat kerja.

“Karena saya ingin menguasai harta korban. Celurit saya siapkan dari tempat kerja,” ungkapnya.

Kapolda Irjen Ahmad Luthfi menerangkan, antara Irwan dan korban terlibat asmara dan hubungan sesama jenis. Keduanya saling mengenal melalui aplikasi.

“Ketemunya (antara korban dan tersangka) itu (lewat) aplikasi Michat,” kata Ahmad Luthfi.

Pembunuhan tersebut, lanjut Luthfi, juga dilatarbelakangi open BO (Booking Out) antara Irwan yang merupakan warga Sragen dengan korban. Disebutkan pelaku membunuh korban karena permintaannya menaikkan tarif tak dikabulkan.

Baca juga:  Pertamina Bantu Fasilitasi Pendidikan dan Kesehatan Anak di Masa Pandemi Covid-19

Kapolda menjelaskan, keduanya saling mengenal via Michat pada Januari 2024. Kemudian antara Januari dan Maret, mereka sudah berhubungan badan sebanyak tiga kali dengan imbalan Rp 200 ribu.

“Tiga kali dia melakukan hubungan badan dengan upah sekitar Rp 200 ribu,” ungkap Luthfi di Mapolres Boyolali, Selasa (7/5).

Kemudian pada Rabu (1/5), tersangka kembali dihubungi dan diundang oleh korban ke rumahnya. Tersangka diminta menginap di rumah korban.

Usai berhubungan, pelaku kemudian meminta korban untuk menaikkan tarifnya. Namun permintaan itu ditolak korban. Hal ini membuat pelaku emosi dan nekat membunuh korban.

“Tersangka meminta Rp 500 ribu. Karena ditarik Rp 500 ribu tidak mau, dia dibunuh,” jelas Lutfhi. (*/dbs/jan)

iklan