Penangkapan Terduga Teroris di Solo Tak Terkait Temanggung

JATENGPOS.CO.ID, SOLO –  Kepala Kepolisian Polisi Daerah (Kapolda) Jawa Tengah Irjen Pol Condro Kirono mengatakan, penangkapan Heri terkait kasus teror pospam Gladak dan Singosaren pada tahun 2012 lalu. Terduga merupakan jaringan lama yang masih terkait Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).

“Selain penangkapan juga dilakukan penggeledahan oleh Densus yang di-backup Polda Jateng dan Detasemen C Brimob Polda Jateng. Selain di Solo, juga ditangkap dua terduga teroris di Karanganyar. Mereka masih satu jaringan dengan yang di Solo dan juga di Sagen yang dulu merakit bom dan meledak sendiri,” papar Kapolda.

Disinggung apakah ketiganya terkait terduga teroris yang ditangkap di Temanggung pekan lalu, mantan Kakorlantas itu menuturkan ketiga terduga teroris yang ditangkap di Solo dan Karanganyar berbeda jaringan dan kasus.

Baca juga:  Masuk Bursa Pilgub Jateng, Kapolda Ahmad Luthfi Datangi MTA 

Pasalnya terduga teroris di Temanggung dan Banyumas merupakan jaringan teroris kasus Bom Thamrin dan juga rencana pengiriman sukarelawan ke Suriah dan juga pembelian senjata di Philipina.


“Jadinya berbeda dan tidak tersangkut satu dengan yang lainnya. Kalau soal peranan ketiga orang ini kami juga belum mengetahui karena masih di tangan Densus,” imbuhnya.

Sementara itu, ibu mertua terduga teroris, Suripah (65) mengaku tidak tahu menahu aktivitas yang dilakukan menantunya. Dia kaget saat belasan polisi masuk ke dalam rumahnya dan langsung menggeledah rumah dan kamar menantunya.

“Selama digeledah saya juga tidak tahu, karena saya di luar yang di dalam tadi anak saya (istri Heri,Red). Saya juga tidak tahu menantu saya sekarang dimana,” tuturnya.

Baca juga:  Waketum Gerindra Desak Pencopotan Kapolda Jateng

Heri Suranto sendiri diketahui juga pernah ditangkap Densus pada 2009 lalu dan menjalani hukuman di penjara dan baru bebas 2014 lalu. “Rumahnya juga dulu pernah digeledah pas ditangkap pertama kali. Setelah bebas langsung tinggal di sini, kalau dulu rumahnya di kampung sebelah. Orangnya tertutup tapi rajin salat lima waktu di masjid,” tutur Ngatinem (60), tetangga tersangka. (jay/drh)