Pendidikan Karakter Bangun Generasi Akhlakul Kharimah

Bambang Subandriyo, S.Pd.,MM.Pd Guru SD Negeri 6 Wonosobo
Bambang Subandriyo, S.Pd.,MM.Pd Guru SD Negeri 6 Wonosobo

WONOSOBO – Dunia Pendidikan Indonesia khususnya dan bangsa Indonesia umumnya terhenyak kembali dengan gugurnya seorang guru honorer di Sampang,Madura oleh muridnya sendiri. Ahmad Budi Cahyono seorang guru di sebuah sekolah menengah, telah menjadi salah satu korban merosotnya moral pelajar atau generasi muda Indonesia. Siapakah yang bersalah?

Mencari siapa yang salah bukanlah sebuah solusi,bukan pula sebuah cara jitu menghadapi degradasi moral anak bangsa. Gugurnya Ahmad Budi Cahyono merupakan rambu-rambu yang harus ditindaklanjuti agar tidak ada Budi-Budi lain yang akan menjadi korban.

Tahun demi tahun penganiayaan guru oleh siswa, oleh wali murid atau orang tua murid, tawur antar pelajar, bentrok antar sekolah atau bahkan kekerasan terhadap siswa oleh guru atau ustadz prosentasenya semakin meningkat. Hal tersebut tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja, karena di pelosok desa pun beritaterjadinya penganiayaan, pengeroyokan, kekerasan fisik dan mental, arogansi guru dan tindakan bullying menjadi viral di medsos dan perbincangan hangat masyarakat. Lebih miris lagi hal-hal tersebut sering juga terjadi dilembaga-lembaga pendidikan milik pemerintah yang notabene mereka adalah calon-calon aparatur negara. Sungguh memprihatinkan!

Berbagai usaha telah dilakukan oleh berbagai pihak. Namun pada kenyataannya,sampai hari ini pun korban kekerasan, penganiayaan, bullying dan sejenisnya masih berjatuhan. Tak pelak lagi, Pendidikan Karakter harus segera dilaksanakan secara masif di lembaga-lembaga pendidikan,baik formal maupun non formal, karena sekolah adalah pusat budaya, pusat lahirnya generasi bangsa yang berkarakter tanpa mengabaikan peran lembaga lainnya.

Pendidikan Karakter sekarang ini semakin diyakini sebagai satu hal yang dianggap penting dan mendesak untuk membangun generasi bangsa berakhlakul kharimah karena Pendidikan Karakter berfungsi : mengembangkan potensi dasar agar seseorang berhati baik,berpikiran baik, dan berperilaku baik, memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur, dan meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.

Pendidikan Karakter harus dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha,dan media massa.Pendidikan Karakter meliputi 6 pilar penopang, yaitu:Trustworthiness (Kepercayaan), Respect (Respek), Responsibility (Tanggung Jawab), Fairness (Keadilan), Caring (Peduli), Citizenship (Kewarganegaraan)

Keenam pilar Pendidikan Karakter tersebut harus dipupuk,dan dikembangkan secara utuh agar membentuk watak yang mulia atau akhlakul kharimah sesuai dengan tuntunan agama.Dalam Islam disebutkan berwatak Sidiq,Tabliq,Amanah,danFatonah.

Akhlakul kharimah akan lebih tertanam dan melekat menjadi kepribadian seseorang apabila ada keteladanan dari orang-orang yang berada didekatnya dalam keseharian.Untuk itu keteladanan orang tua,guru,tokoh agama,tokoh masyarakat,pemimpin bangsa,dan semua pihak pemangku kebijakan sangat diperlukan.

Selain keteladanan,pembiasaan-pembiasaan yang membangun watak akhlakul kharimah harus dioptimalkan baik oleh keluarga,sekolah, maupun pemerintah.Kegiatan keagamaan,lomba-lomba/pertandingan yang memumpukkebersamaan dan cinta tanah air,kegiatan gotong royong,dan kegiatan pentas seni dapat dijadikan wadah untuk menumbuhkembangkan bakat dan potensipositif sehingga tumbuh pula watak-watak mulia seperti yang diharapkan.

Apabila semua pihak bekerja sama, bergotong royong dan bahu-membahu melaksanakan pendidikan karakter dan pendidikan agama dengan sungguh-sungguh dan konsisten dapat dipastikan secara pelan namun pasti karakter mulia akan tumbuh dan berkembang disemua tahapan usia dan sendi kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Bambang Subandriyo, S.Pd.,MM.Pd

Guru SD Negeri 6 Wonosobo