JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Memasuki bulan Desember 2017, ternyata belum ada satu partai pun yang memberikan rekomendasi kepada pasangan bakal calon yang akan diusung dalam Pilgub Jateng 2018. Situasi ini membuka peluang besar bagi siapa pun pasangan calon yang akan diusung PDIP.
Hal itu diungkapkan pengamat politik Universitas Diponegoro Semarang,Teguh Yuwono. Menurutnya, parpol di luar PDIP harus segera bersikap menentukan paslon yang akan diusung. Parpol harus merontokan mitos jika PDIP masih kuat setiap ada gelaran pesta demokrasi di Jateng.
“Parpol masih tersandera mitos jika Jateng milik PDIP. Harus dilawan, seoalah-olah hanya milik PDIP dan Ganjar. Belum tentu, karena politik itu perkembangannya sampai last minuite,” katanya, kemarin.
Menurut Teguh, harusnya terjadi pertarungan yang ramai, artinya rakyat memiliki pilihan lebih dari satu. Dikarenakan mulai muncul di masyarakat adanya skema munculnya calon tunggal, karena saking ademnya parpol dalam merespon rekomendasi.
“Parpol harus memiliki spirit figting untuk melawan. Meski miskin figur, parpol di luar koalisi PDIP harus berani menampilkan figur palson. Ketua DPD partai menjadi alternatifnya untuk bisa bertarung dengan Ganjar atau siapa pun yang diusung PDIP,” terangnya.
Koalisi di luar PDIP harus membawa pada arah head to hed. Jika hanya calon tunggal, atau bahkan ada tiga paslon yang bertarung, menurutnya itu berbahaya, PDIP dipastikan memenangkan Pilgub Jateng.
“Harus head to head biar ada pertandingan, namun head to head juga partai di luar PDIP belum fokus. Meski ketua DPD, atau Marwan Jafar atau Sudirman Said yang sudah beredar, nama-nama itu juga belum ada yang kuat untuk menghadapi Ganjar,” tandasnya.
Teguh mengatakan, jika figur Sudirmam Said atau Marwan Jafar yang akan diusung, parpol koalisi harus lebih berani turun mengenalkan kebawah. Hubungan intens yang dibangun Ganjar masih terlalu kuat dibandingkan dua figur mantan menteri itu.
“Kalau kita mau jujur, duaa mantan menteri itu intensitas hubungan dengan masyarakat tidak se intens incumbent. Karena didukung ada fasilitas dan APBD, sehingga mudah muter dimana-mana. Pemilih di Jateng itu tradisional, perlu dielus dengan sentuhan non materil itu penting. Artinya ya ketemu dan tatap muka langsung,” pungkasnya. (aam/udi)