JATENGPOS. CO. ID, SEMARANG – Pengamat Politik Undip, Wahid Abdulrahman menilai, kemenangan paslon gubernur-wakil gubernur Jateng no 2,Luthfi-Yasin, disebabkan sejumlah faktor. Namun ada faktor keunggulan mutlak (absolute advantage), yang disebabkan karena figur Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin).
Sebagai Cawagub asal pesantren, yang juga putra Kyai kharismatik Mbah Maimoen Zubair, Gus Yasin tak tertandingi.
“Efek kandidat atau keunggulan Paslon 02 yang bersifat absolut (absolute advantage), terletak pada figur Taj Yasin sebagai representasi santri,” kata pengamat muda yang lagi naik daun ini.
Wahid, yang sedang mengambil program doktor di Jerman ini mengakui, citra Taj Yasin sebagai santri yang rendah hati atau tawadhu sederhana, pengalaman ngopeni pesantren, dan bersih dari korupsi ini, menjadi magnet masyarakat untuk jatuh hati memilihnya.
“Sebagai kandidat, Taj Yasin memiliki daya tarik religiusitas secara absolut dibandingkan figur lain. Sehingga mampu memperkuat nilai tawar Paslon 02 khususnya di mata pemilih santri,” imbuh Wahid.
Menurut dosen yang mengajar di Departemen Ilmu Pemerintahan FISIP Undip ini, kandidat yang menarik seperti Gus Yasin, kemudian cenderung lebih cepat, lebih sering, dan diamati lebih intensif oleh pemilih. Sehingga pernyataan dan tindakan mereka diingat lebih jelas. Sehingga jika ada kekurangan kinerja dan kesalahan pada kandidat, tidak berefek buruk.
Selain itu, katanya, eksistensi jaringan relawan seperti jaringan kiai-santri juga berperan besar. Spirit kesukarelawanan (volunteerism) khususnya pada jaringan kiai-santri sangat kuat.
“Ditopang budaya politik santri berupa ketaatan terhadap guru atau almamater pesantren. Ceruk pemilih santri di Jawa Tengah cukup besar. Di sejumlah daerah seperti Rembang, Jepara, Kudus, Demak, Cilacap, Banyumas, dan Brebes, Jaringan alumni Sarang begitu masif dan kokoh. Demikian halnya dengan alumni pesantren lainnya seperti Lirboyo dan Tegalrejo,”tambahnya.
Pada tataran ini, katanya, peran Taj Yasin sebagai aktor sentral jaringan menjadi sangat penting, sebagai repetisi Pilgub 2018. Demikian halnya dengan jaringan santri yang dirajut oleh aktor-aktor dari kalangan Nahdliyyin dan Muhammadiyah berjalan cukup efektif. (*/jan)