JATENGPOS. CO. ID, SEMARANG – Pengamat politik Undip Wahid Abdulrahman menilai, meskipun PDIP kalah di Pilgub Jateng, bukan berarti kandang banteng Jawa Tengah jebol. Menurutnya perolehan suara pilgub maupun perolehan pilkada bupati/walikota PDIP masih menunjukkan partai banteng besar dan kuat di Jawa Tengah.
“Karena kalau melihat perolehan pak Andika dan mas Hendi 40 persen, kemudian juga termasuk kabupaten kota, yang serentak di 35 itu PDIP masih menang di 19 kabupaten/kota, ada penurun dari sebelumnya (23 kabupaten/kota), tetapi tidak siginifican. Artinya PDIP masih cukup kuat di Jateng,”katanya, saat podcast dengan JatengPosTV, pas coblosan 27 Nopember 2024?.
Menurut dosen Ilmu Politik dan Pemerintahan FISIP Undip ini, dalam politik pasang surut itu biasa. Dulu berjaya sekarang turun, itulah yang terjadi di PDIP.
“Tiga kali pilkada langsung mampu menang dan juara di Jateng, sekarang suaranya mengalami penurunan setelah 20 tahun, itu hal biasa, meskipun bukan berarti kandang banteng jebol,”imbuhnya.
Memang kalau dilihat dalam pilgub Jateng ini, Wahid mengibaratkan PDIP seperti speed boat. Melaju cepat meskipun terlambat. Tetapi setelah ada gelombang tinggi dan besar yang menghantam, dia tidak siap.
“Memang kalau saya melihat itu ibaratnya speed boat mas, dalam waktu singkat kurang lebih tiga bulan PDIP mengajukan pak Andika dan Hendi dalam waktu yang singkat bisa memperoleh 30 perse. Itu menurut saya luar biasa. Dibandingkan dengan pak Luthfi ya startnya lebih lama sejak awal tahun,”katanya.
Wahid menilai, raihan 40 persen suara Andika-Hendi dalam waktu singkat bukan prestasi yang buruk. Dia hanya tidak mampu menghadapi ombak yang tinggi dan besar sehingga oleng.
Kenapa itu bisa terjadi, imbuh Wahid, karena gelombang yang tinggi dan besar yang diciptakan Ahmad Luthfi dan Gus Yasin tidak bisa direspon cepat oleh PDIP sebagaimana tahun 2018 dan tahun 2013. Karena sekarang situasinya sudah berbeda.
“Sebetulnya PDIP sudah mengantisipasi dengan mengangkat Gus Umar Wajid (adik Gus Dur) menjadi ketua Tim Sukses, untuk memecah suara pesantren. Tetapi tidak bisa massif. Sehingga ketika ombaknya cepat dan ada gelombang tinggi PDIP karam,” imbuh kandidat doktor politik di Jerman ini.
Wahid menilai, kalau melihat hasil survei di awal-awal Nopember antar palson Andika-Hendi dan Luthfi-Yadin hasilnya sudah kejar-kejaran. Itu bukti Andika-Hendi mampu mengejar.
Asal tahu, pilgub Jateng yang diikuti paslon 1 Andika-Hendi yang diusung PDIP. Dan paslon 2 Luthfi-Yasin yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM), yang didukung Jokowi-Prabowo. Hasilnya dimenangkan Luthfi-Yasin 59 persen dan Andika-Hendi 40 persen. (jan)