Dalam rangka proses peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah diperlukan guru, baik secara individual maupun kolaboratif untuk melakukan sesuatu, mengubah “status quo “ agar pendidikan dan pembelajaran menjadi lebih berkualitas. Sebenarnya menuju pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas tidak bergantung kepada suatu komponen saja misalnya guru, melainkan sebagai sebuah sistem kepada suatu komponen, antara lain berupa program kegiatan pembelajaran, murid, sarana dan prasarana pembelajaran, dana, lingkungan masyarakat, dan kepimpinan kepala sekolah. Semua komponen dalam sistem pembelajaran tersebut sangat penting dan menentukan keberhasilan pencapaian tujuan institusional.
Program kegiatan pembelajaran, kurikulum, hasil analisis, rencana pembelajaran, dan sejumlah pedoman pelaksanaannya merupakan pedoman kegiatan pembelajaran, dan keberadaannya merupakan arah bagi pengelola pembelajaran dalam memberikan kesempatan kepada murid untuk mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, sesuai dengan tingkat kemampuannya, dan yang lebih penting lagi adalah bermanfaat bagi kehidupannya di masa yang akan datang. Sarana dan prasarana habis dan tidak habis pakai, bergerak maupun tidak bergerak, berhubungan langsung maupun tidak dengan proses pembelajaran sangat diperlukan dalam rangka memperlancar pengelolaan pembelajaran dalam memberikan kesempatan bagi murid untuk memperoleh pengalaman belajar.
Namun, semua komponen yang teridentifikasi di atas tidak akan berguna bagi terjadinya perolehan pengalaman belajar maksimal bagi murid bilamana tidak didukung oleh keberadaan guru yang profesional. Semua komponen dalam proses belajar mengajar tidak akan banyak memberikan dukungan yang maksimal atau tidak dapat dimanfaatkan secara optimal bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran tanpa didukung oleh keberadaan guru yang secara kontinu berupaya mewujudkan gagasan, ide, dan pemikiran dalam bentuk prilaku dan sikap yang terunggul dalam tugasnya sebagai pendidik. Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Jadi, diantara keseluruhan komponen yang paling esensial dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu guru. Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan tidak mungkin ada tanpa peningkatan profesionalisme para gurunya.
Perihal teori tentang guru profesional telah banyak dikemukakan oleh para pakar manajemen pendidikan, seperti Glikman ( 1981 ) menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional bilamana memiliki kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Maksudnya adalah seseorang akan bekerja secara profesional bilamana memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan sebaik-baiknya. Sebaliknya, seseorang tidak akan bekerja secara profesional bilamana hanya memenuhi salah satu di antara dua persyaratan di atas.
Lebih lanjut menurut Glikman, seorang guru dapat dikatakan profesional bilamana memiliki kemampuan tinggi (high level of abstrack) dan motivasi kerja tinggi (high level of commitment). Guru yang memiliki komitmen yang rendah biasanya kurang memberikan perhatian kepada murid. Sebaliknya, seorang guru yang memiliki komitmen tinggi biasanya tinggi sekali perhatiaannya kepada murid,demikian pula waktu yang disediakan untuk peningkatan mutu pendidikan sangat banyak.
Peningkatan profesionalisme guru harus dilakukan secara sistematis, dalam arti direncanakan secara matang, dilaksanakan secara taat asas, dan dievaluasi secara objektif, sebab lahirnya seorang profesional tidak bisa hanya melalui bentuk penataran dalam waktu singkat,supervisi dalam sekali atau dua kali, dan studi banding selama dua atau tiga hari.
Namun semua komponen tersebut tidak akan berguna secara maksimal bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar tanpa adanya guru, tentunya guru yang profesional yaitu guru yang memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang pendidikan, memiliki kematangan tinggi, memiliki kemandirian, memiliki komitmen tinggi, visioner, kreatif dan inovatif.
Solikhun,S.Pd.SD
SD Negeri 4 Jembangan, Kec. Punggelan
Kab. Banjarnegara