Perda Olahraga Diinisiasi Komisi E DPRD Jateng Berdampak Pengembangan dan Pembinaan Atlet

KUNJUNGAN: Komisi DPRD Jateng bertukar cinderamata usai pemaparan dan pengarahan keolahragaan bersama Asisten Administrasi Umum dan Kadisporapar Wonogiri, Rabu (7/8/2024). FOTO:IST/DOK. SETWAN DPRD JATENG

JATENGPOS.CO.ID, WONOGIRI– Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri dan KONI setempat berharap banyak pada Perda Keolahragaan yang dinisiasi oleh Komisi E DPRD Jawa Tengah (Jateng) dapat berdampak pada pola pembinaan dan pengembangan keolahragaan terutama di daerah.

Masalah minimalis sarana prasarana, pola pembinaan atlet, sampai perpindahan atlet pun patut dijadikan bahan materi raperda.

Hal tersebut dilontarkan Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Wonogiri Haryanto di hadapan Komisi E saat melakukan kunjungan kerja, Rabu (7/8/2024).

Pada pertemuan itu turut hadir pula Asisten Administrasi Umum Setda Wonogiri Dra Ristanti, anggota Komisi II DPRD Wonogiri Arum Subekti.

iklan

“Kami mengakui masalah anggaran masih menjadi kendala pengembangan keolahragaan di Wonogiri. Meski demikian, di tengah kendala itu sejumlah cabang olahraga terbilang berprestasi. Seperti judo, sepak takraw, pencak silat. Cabang olah raga itu bisa menyumbang medali emas pada porprov kemarin. Selebihnya cabang olah raga masih dalam pembinaan. Maka dari ini kami mohon Komisi E bisa memberikan dukungan termasuk masalah anggaran kepada daerah-daerah minim pendapatan untuk pengembangan olahraga,” ucap dia.

Baca juga:  DPRD Jateng Minta Pemerintah Fokus Penanganan Kemiskinan

Secara dukungan alam, lanjut Haryanto, sebenarnya Wonogiri tidak kalah dengan daerah lain. Dia menyebutkan ada waduk Gajahmungkur dan landasan paralayang. Namun Wonogiri belum bisa menghasilkan atlet dayung maupun paralayang.

“Landasan paralayang di Wonogiri sesuai informasi yang kami terima itu terbaik se-Asia. Bukan pada sarananya, ternyata ada faktor-faktor lain, seperti angin, medannya itu sangat mendukung. Ironisnya Wonogiri belum ada atletnya. Tidak dipungkiri olahraga itu (paralayang) mahal. Beda kasus dengan Gregoria Mariska Tunjung, asli Wonogiri. Untuk pengembangan diri menjadi atlet, dia harus pindah,” jelas dia.

PAPARAN DAN ARAHAN: Anggota Komisi E Muh Zen bersama Asisten Administrasi Umum dan Kadisporapar Wonogiri memberi paparan mengenai konsep pengembangan olahraga. FOTO:IST/DOK. SETWAN DPRD JATENG

Sungkono selaku Ketua KONI Wonogiri pun turut menegaskan, permasalahan pengembangan keolahragaan di daerah sebenarnya sama. Keberadaan sarpras yang tidak merata, metode pembinaan berbeda. Permasalahan Wonogiri harus kehilangan empat atlet judo karena pindah ke Grobogan.

Baca juga:  Hajatan Kini Dipantau dan Harus Patuhi Prokes

“Perlu ada peraturan yang sama dalam memayungi keolahragaan. Termasuk pindah atlet pun semestinya harus sepersetujuan KONI. Ini harus sinkron,” ucapnya.

Anggota Komisi E Muh Zen yang didapuk untuk memimpin rombongan mengakui keolahragaan di Jateng patut diotimalkan lagi. Tolok ukur pengembangan olahraga ada capaian prestasi terutama di PON. Acap kali posisi Jateng kerap menjadi “musuh” dari provinsi lain. Karena itu pada PON mendatang saatnya masuk tiga besar, supaya tidak tersaingi oleh provinsi lain.

“Bisa tidak Jateng masuk tiga besar menggeser DKI Jakarta atau Jabar bahkan mungkin Jatim. Selama masih lima besar, “musuhnya” banyak. Kami ke daerah-daerah ini untuk menyerap aspirasi untuk masuk pada naskah akademik rancangan perda keolahragaan,” kata dia.

Baca juga:  21 Calon KPI Jateng Diuji Kelayakan-Kepatutan oleh Komisi A, Berikut ini Nama-namanya

Zen menangkap sari dari ungkapan Kadisporapar, Ketua KONI Wonogiri. Perlu ada kesepahaman dalam pengembangan dan pembinaan olahraga. (nif/muz)

iklan