Peringatan 276 Tahun Keraton Solo, LDA Gelar Wilujengan

WILUJENGAN : Ratusan sentana dan abdi dalem mengikuti Wilujengan Hadeging Nagari Keraton Surakarta Hadiningrat di Sasana Sumewa Pagelaran Keraton. Foto : Ade Ujianingsih/Jateng Pos

JATENGPOS.CO.ID, SOLO – Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta menggelar wilujengan untuk memperingati 276 tahun berdirinya keraton. Wilujengan sendiri diikuti ratusan sentana dan abdi dalem di Sasana Sumewa Pagelaran Keraton Surakarta, Rabu (25/8) dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes).

Pantauan di lapangan, para sentana dan abdi dalem yang mengikuti Wilujengan Hadeging Nagari Keraton Surakarta Hadiningrat tersebut mengenakan baju adat, baik kebaya maupun beskap berwarna putih. Sebelum memasuki Sasana Sumewa, mereka terlebih dahulu diukur suhu badannya dan disemprot menggunakan handsanitizer. Kemudian mereka menggelar doa bersama

Seperti acara wilujengan pada umumnya, dilaksanakan doa bersama para sentana dan abdi dalem. Dalam kesempatan tersebut juga sempat dibacakan sejarah berdirinya Keraton Kasunanan Surakarta. Termasuk Risalah BPUPKI yang menyebut peran 250 keraton di Nusantara kala itu dalam mewujudkan negara Republik Indonesia.

Ketua LDA Keraton Surakarta Hadiningrat, GKR Wandansari mengatakan, wilujengan tersebut rutin digelar setiap tahunnya, yakni pada tanggal 17 Sura. Dimana tahun ini bertepatan dengan tanggal 25 Agustus.

“Sesuai apa yang saya sampaikan tadi hari ini genap 276 masehi berdirinya Keraton Surakarta Kasunanan Hadiningrat seperti yang lalu-lalu kita mengadakan upacara ini. Upacara ini baru rutin digelar tanggal 17 Sura setelah masa reformasi, karena sebelum-sebelumnya yang dihitung tanggal masehinya bukan kalender Jawanya,” ujarnya.

Dan setelah dilakukan penelusuran bukti sejarah, lanjutnya, terungkap jika kala 276 tahun lalu berdirinya Keraton Solo diumumkan pada tanggal 17 Sura menurut kalender Jawa atau 20 Februari masehi kala itu.

“Karena keraton untuk upacara adat selalu berpatokan pada kalender Jawa, maka semenjak reformasi wilujengan kita ubah menggunakan kalender Jawa alih-alih masehi. Apalagi keraton kan terusannya Mataram, yang mana Mataram ini sendiri punya penanggalan sendiri yang diciptakan Sinuhun Sultan Agung Hanyokrokusumo, raja Mataram yang ketiga,” paparnya.

Ia menambahkan, berdasarkan sejarah, tanggal 17 Februari yang selama ini dijadikan sebagai tanggal berdirinya Kota Solo sebenarnya adalah waktu boyongan keraton dari Kartasura ke Desa Sala. Dan tiga hari berselang atau pada 20 Februari barulah Paku Buwono (PB) II mengumumkan Desa Sala menjadi Surakarta Hadiningrat.

“Tapi sayangnya yang dipakai masih tanggal 17 Februari, ini yang perlu diluruskan,” kata Gusti Moeng. (jay)