JATENGPOS.CO.ID, BANYUASIN – Kementerian Pertanian (Kementan) sedang gencar menggarap lahan rawa lebak dan pasang surut. Alat dan mesin pertanian (Alsintan) berupa excavator (ekskavator), yang diberikan kepada masyarakat tani akan dioptimalkan pemanfaatannya.
“Dengan memanfaatkan ekskavator tersebut, maka lahan rawa dan lebak menjadi produktif, seperti di Sumatera Selatan,” kata Direktur Alsintan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Andi Nur Alamsyah, Minggu (24/2).
Untuk lahan rawa, Ditjen PSP telah menyiapkan bantuan 200 unit ekskavator besar dan 14 unit ekskavator mini dari pengadaan tahun 2018. Direncanakan akan dilakukan penambahan sebanyak 30 unit ekskavator mini pada tahun 2019.
Nur Alamsyah menyebutkan, Kementan telah menyalurkan bantuan ekskavator sebanyak 69 unit di Provinsi Sumsel. Berdasarkan pantauan, bantuan tersebut bekerja optimal untuk pengerukan saluran irigasi yang mengalami pendangkalan, pembuatan jalan usaha tani dan optimasi lahan rawa lebak dan lahan rawa pasang surut.
“Pemantauan ini sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Alsintan dan ekskavator harus bekerja optimal sehingga lahan rawa menjadi lahan sawah produktif,” ujarnya.
Diharapkan, produksi pangan, khususnya beras, akan meningkat dan kesejahteraan petani tercapai. Dari lahan rawa diharapkan juga dapat memenuhi pangan dunia.
Kepala Desa Talang Rejo, Kecamatan Muara Talang, Banyuasin, Sumsel, Hendrik Kuswoyo mengaku, adanya ekskavator memberikan hasil dan nilai tambah yang begitu besar bagi pertanian dan petani. Dari 1 unit ekskavator dapat mengerjakan long storage sepanjang 20 km dengan lebar 2,5 meter.
Ini dapat mengairi sawah seluas 1.800 hektare (ha) dengan indeks pertanaman (IP) 200, yakni menanam padi 2 kali setahun. Produktivitas padi yang tadinya 8,5 ton menjadi 13 ton/ha untuk dua musim tanam. Jadi, ada selisih 5 ton/ha,” ungkap Hendrik.
Hendrik menjelaskan, dalam pengerjaan optimalisasi lahan rawa menjadi lahan sawah produktif ini, pemerintah desa memanfaatkan dana desa untuk biaya BBM dan operator. Total dana desa mencapai Rp800 juta, namun digunakan untuk membuat long storage sepanjang 20 km dengan lebar 2,5 meter hanya Rp 270 juta.
“Namun, dengan adanya bantuan ekskavator, pengerjaan ini bisa dilakukan hanya butuh waktu 2 bulan saja. Tapi kalau tidak ada ekskavator bisa 5 tahun,” jelasnya.
Kemudian, sambung Hendrik, jika tidak ada ekskavator, pengerjaan long storage tersebut juga membutuhkan dana Rp 900 juta untuk sewa alat dan bahan bakar minyak Rp 160 juta. Belum lagi biaya operator, per meternya Rp 3 juta sehingga totalnya biaya operator untuk long storagesepanjang 20 km itu sebanyak Rp 60 juta.
“Jadi, jika tanpa bantuan ekskavator ini, total biaya yang dibutuhkan untuk sewa ekskavator dan biaya operasional untuk pembuatan long storage sepanjang 20 km dan lebar 2,5 meter sekitar Rp3,5 miliar,” sebutnya.(rif)