JATENGPOS.CO.ID, YOGYAKARTA – Listrik menjadi kebutuhan prioritas masyarakat untuk melakukan banyak hal di kala pandemi ini, termasuk untuk berproduksi dan meningkatkan perekonomian. Perusahaan Listrik Negara (PLN) berkomitmen untuk terus melakukan program Electrifying Agriculture di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), guna meningkatkan produktivitas usaha para petani.
“Ini sama dengan program listrikisasi, yang sebenarnya didesain tidak hanya untuk bidang pertanian, tapi juga perkebunan, perikanan dan sektor agrikultur lainnya. Ini bisa menciptakan efisiensi dalam waktu maupun biaya,” ungkap Eko Sulistyo, Komisaris PT PLN (Persero) dalam webinar ‘Program Electrifying Agriculture dalam Meningkatkan Produktivitas Usaha’, yang secara daring, Senin (25/10/2021).
Eko menjelaskan, adanya program listrikisasi ini juga merupakan cara PLN untuk menekan dekarbonisasi yang saat ini sedang menjadi isu global. Pihaknya mengajak masyarakat DIY untuk ikut beralih dari penggunaan diesel atau solar menuju listrik.
“Sampai saat ini, listrik memang masih pakai batu bara sebagai bahan bakar. Tetapi, paling tidak, transformasi ini adalah jembatan yang penting agar petani bisa beralih dari solar ke listrik,” paparnya.
Eko mengutip sejumlah testimoni dari para petani yang sudah kecipratan pemanfaatan listrik di area pertanian mereka. Dia menjelaskan, petani bisa menghemat sekitar 80 persen biaya dan waktu. Artinya, listrik menjadi salah satu hal pokok yang membantu mereka berproduksi dan menghasilkan tambahan perekonomian.
“Program Electrifying Agriculture ini memberikan peluang untuk kalangan milenial agar mereka melihat sektor pertanian ini juga bisa dikembangan. Listrik menjembatani pemikiran itu, sehingga banyak anak muda yang mau menjadi petani atau fokus di bidang pertanian,” tuturnya.
Lebih lanjut, Eko mengatakan, kehadiran listrik di masyarakat bisa memberikan efek domino lantaran segala teknologi yang canggih harus dialiri listrik. Maka, generasi milenial yang bisa masuk ke sektor pertanian memiliki lebih banyak pilihan pekerjaan, termasuk di antaranya mengembangkan perusahaan rintisan maupun memasarkan produk lewat marketplace.
M. Irwansyah Putra, General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Jateng dan DIY menambahkan, daya listrik di Yogyakarta tidak perlu diragukan lagi. Ia merinci, DIY memiliki daya mampu 1.560 MW, beban puncak 448 MW dan cadangan hingga 1.112 MW.
Artinya, PLN memiliki cadangan lebih dari 100 persen kebutuhan kelistrikan di DIY. Ia berharap, listrikisasi bisa meningkatkan penghidupan yang lebih baik untuk masyarakat.
“Program Electrifying Agriculture ini merupakan salah satu semangat transformasi PLN di pilar Innovative dan Customer Focus, dalam meningkatkan pelayanan listrik yang lebih mudah, terjangkau, dan andal bagi kalangan di sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan,” ungkap Irwan.
Dia percaya, ketika rumah sudah dialiri listrik, bakal ada perubahan gaya hidup dan peningkatan produktivitas yang memanfaatkan teknologi.
“Ujungnya nanti, kesejahteraan masyarakat meningkat,” katanya.
Senada, Sugeng Purwanto, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY mengatakan, adanya program listrikisasi di area pertanian itu memang dibutuhkan masyarakat. Dia menjelaskan, petani bisa hemat biaya produksi hingga 50-60 persen. Ada juga efisiensi biaya operasional karena tidak perlu membeli genset, oli, dan biaya perbaikan.
“Ke depan, saya yakin, petani ini akan terus meminta tolong kepada PLN agar areanya juga dipasang listrik. Dengan begitu, produktivitas usaha meningkat, juga pendapatannya. Yang pasti, listrikisasi ini juga ramah lingkungan,” bebernya.
Dengan pemakaian listrik, masyarakat bisa mengganti kebutuhan sinar matahari yang digunakan untuk menyinari pertanaman buah naga maupun tanaman hidroponik.
“Listrikisasi ini membuat panen optimal karena irigasi juga memanfaatkan listrik. Untuk para Gapoktan, jangan ragu untuk minta ke PLN untuk mengaliri listrik ke daerah masing-masing,” tukasnya.
GKR Bendara selaku Ketua Indonesian Council for Small Business (ICSB) DIY mengapresiasi kinerja PLN yang masif melakukan listrikisasi di daerah-daerah terpencil di DI Yogyakarta. Gusti Bendara menjelaskan, petani kini memang butuh listrik agar bisa hidup lebih baik dan produksinya meningkat.
“Kalau petani, kebutuhan listrik ini yang paling penting sampai dulu ke sana. Mereka butuh contoh dan fakta. Ini tidak mudah memang, mengingat alam di DI Yogyakarta ada yang bergunung-gunung, berhutan-hutan,” tuturnya.
Ia memprediksi, petani akan merasa adanya efisiensi biaya tatkala sedang memanen hasil panennya setelah sawahnya sudah dialiri listrik.
“Yang biasanya beli solar Rp85 ribu, sekarang mereka bisa menggunakan listrik yang lebih murah daripada solar. Pasti akan terasa bedanya,” terangnya.
GKR Bendara berharap, PLN bisa konsisten untuk menyalakan listrik di daerah terpencil. Petani biasanya membutuhkan fakta bahwa dengan listrik, hasil pertaniannya bisa lebih meningkat. Dengan begitu, perlu adanya sosialisasi terkait dampak listrikisasi sehingga tidak ada kesalahpahaman di antara masyarakat dan PLN.
“Saya lihat, petani tetap butuh contoh. Misal, mereka biasanya memanfaatkan matahari atau air hujan, maka mereka harus melihat keadaan yang lain bagaimana setelah menggunakan listrik. Mereka pasti hitung-hitungan dan membandingkan dengan keadaan sekarang,” tandasnya.
Acara turut dibuka oleh Pemimpin Redaksi Tribun Jogja, Ribut Raharjo, dan Sekretaris Daerah Kadarmanta Baskara Aji yang mewakili Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X.(aln)