spot_img
24.5 C
Semarang
Saturday, 22 February 2025
spot_img

Mempergiat Praktik Ekonomi Sirkular Minyak Jelantah Berbasis Masyarakat

- Advertisement -

Ambar Istiyani
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMA, Salatiga

Konsep ekonomi sirkular telah mendapatkan perhatian yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir karena berbagai komunitas dan organisasi mulai berupaya mengurangi limbah dan memaksimalkan penggunaan kembali sumber daya.

Salah satu praktik ekonomi sirkular yang semakin mendapat perhatian adalah pengelolaan minyak jelantah (minyak goreng bekas) yang dapat menjadi sumber daya yang berharga jika dikumpulkan dan didaur ulang dengan benar. Minyak jelantah tergolong ke dalam limbah B3 atau limbah berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.

Namun, ketika bisa dikelola dengan dengan benar, minyak jelantah dapat menjadi bahan baku berbagai barang, antara lain biosolar, pelumas, sabun, lilin aroma terapi, plastik, dan pembaharu aspal.

Studi kasus di Kota Salatiga, Jawa Tengah menggambarkan inisiatif sosial praktik ekonomi sirkular minyak jelantah berbasis masyarakat yang cukup sukses. Praktik ini dilakukan oleh bank-bank sampah yang kebanyakan dilakukan oleh para perempuan PKK. Mereka memanfaatkan keterlibatan banyak pemangku kepentingan termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pengusaha, pengepul, perguruan tinggi, pemerintah, dan bahkan institusi berbasis agama.

Belajar dari praktik di Kota Salatiga, masyarakat yang ingin meningkatkan praktik ekonomi sirkular mereka seputar minyak jelantah dapat menjajaki berbagai strategi, antara lain:

Pertama, meningkatkan kesadaran dalam masyarakat tentang pentingnya pembuangan minyak jelantah yang tepat dan manfaat daur ulang. Upaya ini bisa dilakukan bersama dengan LSM lingkungan, pemerintah, dan perguruan tinggi yang kerap melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Di Salatiga, misalnya Bank Sampah Induk, Jelantah4Change, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMA didukung oleh Ditjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek melaksanakan sosialisasi pentingnya praktik ekonomi sirkular minyak jelantah untuk rantai pasok bahan baku energi terbarukan dan memberikan pelatihan membuat sabun serta lilin berbahan dasar minyak jelantah.

Kedua, menetapkan titik pengumpulan yang nyaman dan mudah diakses, seperti di bank-bank sampah, pusat komunitas atau sekolah, untuk memudahkan warga berpartisipasi. Di Salatiga, bank sampah telah menjangkau tingkat RW dan sebagian RT. Bahkan, beberapa institusi berbasis keagamaan seperti Gereja Katholik di Salatiga telah memfasilitasi umatnya untuk mengumpulkan berbagai jenis sampah, termasuk minyak jelantah.

Ketiga, bermitra dengan bisnis jasa makanan dan mengembangkan skema pengumpulan kolaboratif. Sebagian bank sampah di Salatiga telah bekerja sama dengan beberapa restoran untuk mengelola sampah mereka. Minyak jelantah bisa didonasikan atau dibeli dengan harga antara Rp. 4.000-8.000 per liter sehingga dapat memberikan insentif secara ekonomi.

Keempat, berkolaborasi dengan pengepul atau perusahaan pengelolaan limbah untuk memastikan pemrosesan minyak jelantah yang bertanggungjawab. Di Salatiga, Bank Sampah Induk telah bekerjasama dengan CV. Nagha Perkasa Energi, Salatiga yang telah memiliki sertifikat resmi pengumpulan minyak jelantah. Perusahaan ini mendistribusikan minyak jelantah ke perusahaan di Jawa Timur untuk kemudian didaur ulang menjadi biosolar atau diekspor ke Inggris dan Malaysia.

Melalui pendekatan ini, masyarakat dan pemangku kepentingan setempat dapat memainkan peran penting dalam mengalihkan minyak jelantah dari tempat pembuangan sampah dan saluran air, dan mengubahnya menjadi sumber daya berharga yang dapat digunakan kembali atau didaur ulang. ***

LAINNYA
- Advertisment -

Popular

Terkini