Poor Game, Tingkatkan Minat Baca Aksara Jawa Siswa

Muflikhah, S.Pd. SMP Negeri 11 Tegal
Muflikhah, S.Pd. SMP Negeri 11 Tegal

Salah satu materi pada mata pelajaran bahasa Jawa yang tidak disukai siswa adalah membaca dan menulis aksara Jawa. Penyebabnya karena siswa kesulitan menghafal aksara Jawa, pasangan, maupun sandangan. Bentuk aksara Jawa yang unik dan rumit menjadi salah satu kendala bagi mereka untuk menghafal. Hal ini tentu saja berpengaruh pada nilai siswa pada materi membaca dan menulis aksara Jawa, nilai mereka cenderung rendah dan tidak mencapai KKM. Untuk menumbuhkan minat siswa pada materi tersebut, penulis mencoba menggunakan metode simulasi atau permainan pada materi membaca aksara Jawa kelas VII SMP Negeri 11 Tegal.

            Bermain dan permainan merupakan hal yang sangat dekat dengan dunia anak. Bagi anak belajar adalah bermain, bermain adalah belajar (Simanjuntak, 2008:6). pendapat tersebut ditambahkan oleh Zhafari (2012: http://Zhafarishop.blogspot.com) bahwa permainan dalam pembelajaran merupakan suatu pemanasan guna membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan penuh antusias. Metode yang akan penulis gunakan pada pembelajaran membaca tulisan Jawa dengan sandangan, berupa Poor Game (Permainan Miskin). Tujuan permainan ini adalah menumbuhkan rasa percaya diri siswa, mengusir kebosanan dalam belajar, dan membuat suasana kelas lebih bersemangat.

            Langkah metode Poor Game adalah sebagai berikut sebagai berikut; anak dibagi ke dalam tiga kelompok, setiap kelompok terdiri dari sepuluh siswa. Sebelumnya setiap kelompok telah mempersiapkan  10 lintingan berisi seluruh nama anggota kelompok. Selain lintingan, seluruh kelompok wajib menyiapkan  kartu angka 5 sebanyak 15 lembar, angka 10 sebanyak 15 lembar, angka 20 sebanyak 10 lembar, angka 25 sebanyak 4 lembar, angka 50 sebanyak 3 lembar, dan tiga kartu bertuliskan kata miskin. Kartu-kartu ini berfungsi sebagai poin untuk setiap siswa yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Kartu-kartu ini kemudian dijadikan satu dalam satu kerdus setelah sebelumnya dicampur. Agar lebih ramai, tiap siswa diwajibkan membawa permen sebanyak lima biji. Permen tersebut dikumpulkan dan akan diberikan pada kelompok yang berhasil mengumpulkan poin tertinggi.

            Guru telah menyiapkan 10 pertanyaan yang berbeda untuk masing-masing kelompok dan disimpan dalam 3 amplop. Setelah semua siap, permainan langsung dimulai. Siapapun nama siswa yang tertulis di lintingan dan terambil, wajib maju ke depan untuk membaca tulisan Jawa yang ada di lembar soal. Apabila jawaban benar, siswa tersebut bisa mengambil salah satu kartu poin yang ada di kerdus. Poin yang didapat kemudian ditulis di papan tulis oleh petugas pencatat. Setelah itu giliran siswa kedua dan seterusnya, sampai seluruh siswa maju untuk mendapat giliran menjawab pertanyaan. Berapapun poin yang dikumpulkan akan hangus apabila ada salah satu anggota kelompok yang mengambil kartu bertuliskan kata “miskin”, kelompok tersebut dinyatakan bangkrut dan jatuh miskin. Di akhir permainan, seluruh poin yang dikumpulkan kemudian dijumlah. Kelompok yang berhasil mengumpulkan poin tertinggi menjadi pemenangnya.

             Pada saat metode ini pertama kali diterapkan,  siswa masih sedikit kesulitan dan hanya 50% yang bisa membaca tulisan Jawa. Namun saat diterapkan kedua kalinya, siswa sangat antusias dan ada sekitar 90% anak yang bisa membaca tulisan Jawa. Metode Poor Game terbukti efektif meningkatkan minat membaca  aksara Jawa siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kota Tegal. Metode Poor Game juga membuat kegiatan belajar mengajar jadi lebih menyenangkan dan membuat suasana kelas lebih bersemangat.

Muflikhah, S.Pd.

SMP Negeri 11 Tegal