JATENGPOS.CO.ID, LOMBOK – Perhatian Presiden Joko Widodo atas bencana alam gempa bumi berskala 6,4 Skala Richter (SR) di Lombok, Bali dan Sumbawa luar biasa serius. Hanya berselang sehari, orang nomor satu di Republik Indonesia ini turun ke lapangan, memastikan proses penanganan bencana berlangsung cepat, aman dan lancar.
Senin 30 Juli 2018, Presiden Jokowi landing di Lapangan Madayin, Desa Madayin, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Statamen pertama yang disampaikan presiden adalah menyampaikan rasa duka dan belasungkawa bagi korban bencana gempa yang terjadi pada Minggu, 29 Juli 2018, sekira pukul 05.47 WIB.
“Kita ingin mengucapkan duka yang mendalam atas musibah ini, terutama bagi korban yang meninggal. Semoga arwahnya diterima di sisi Allah SWT dan diberikan tempat yang terbaik di sisi-Nya,” ujar Presiden pada Senin, 30 Juli 2018, di Lapangan Madayin, Desa Madayin, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Sejak Minggu, 30 Juli 2018, begitu kejadian bencana itu menimpa destinasi wisata, Menpar Arief Yahya juga langsung bergerak dan mengaktivasi Tim Crisis Center Kemenpar. Pengalaman penanganan erupsi Gunung Agung Bali lalu menjadi modal untuk diterapkan di Lombok. “Pertama, kami turut berduka kepada para korban. Termasuk wisatawan mancanegara yang sedang berwisata di atas Gunung Rinjani,” ucap Menpar Arief Yahya, kepada wartawan di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta.
“Saya sudah menunjuk Kepala Dinas Provinsi (Kadisprov) NTB dan Direktur Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Lombok untuk memimpin proses penanganan korban wisatawan yang sedang berlibur dan terjebak di Rinjani. Kami juga menurunkan Foodtruck Poltekpar Lombok untuk menyiapkan makanan dan menjemput mereka di Sembalun,” jelas Menpar Arief.
Selain itu, hari ini, bagi mereka yang belum bisa pulang kembali ke tanah air mereka, beberapa hotel juga sudah menggunakan SOP yang sama dengan Bali. Yakni, siap menampung para wisatawan itu sehari ini free of charge alias gratis, dan selanjutnya memberi diskon terbaik, dari 75% sampai maksimal 50%.
“Kami juga akan mengantarkan wisatawan itu sampai ke terminal terdekat dari Lombok, seandainya mereka belum bisa terbang dari Lombok International Airport (LIA). Bisa ke Denpasar, Banyuwangi, atau Surabaya, dan gratis. Kami juga langsung berkoordinasi dengan Kedutaan Negara-negara yang warganya ikut menjadi korban bencana itu,” ungkap Menpar Arief Yahya.
Yang pasti, Menpar Arief Yahya menegaskan, bahwa ketika terjadi bencana alam seperti ini, maka pihaknya harus memberikan informasi yang jelas, lengkap dan factual kepada public. Termasuk di negara tempat mereka berasal. Semua channel media yang menjadi mitra Kemenpar juga akan digunakan untuk menyampaikan pesan itu.
Kadisprov NTB Lalu Faozal juga menggelar rapat dengan Dubes Thailand dan tim untuk membahas teknis mengantar wisman khususnya dari Thailand dari Lombok. Rencananya, rombongan Dubes Thailand akan berangkat dan didampingi tim Pariwisata ke Sembalun sekitar jam 12.30 siang, 30 Juli 2018 ini. Bandara Lombok sendiri, kondisinya masih normal dan beroperasi seperti biasa.
RECOVERY
Begitu sampai di lokasi bencana, Presiden Joko Widodo memastikan penanganan bagi para korban gempa berjalan dengan cepat dan baik. Presiden juga mengecek bantuan pembangunan rumah korban gempa yang roboh maupun rusak berat. Presiden akan memberikan bantuan yang mendesak dibutuhkan masyarakat, seperti fasilitas umum, sekolah dan rumah ibadah.
Presiden langsung memerintahkan Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono untuk segera melakukan perbaikan.
“Rumah-rumah yang roboh terutama yang rusak berat masih dalam proses verifikasi di kelurahan dan kecamatan. Nanti akan dikeluarkan oleh Pak Gubernur mengenai jumlah semuanya berapa dan segera paling lambat besok pagi, sesuai permintaan dari masyarakat, diberikan uang agar bisa dibangun rumah ini kembali,” ucapnya.
Kepala Negara sempat berdialog langsung kepada sejumlah warga yang mengalami kerusakan tempat tinggal saat peninjauan. Dari hasil pengamatan itu, mayoritas warga membutuhkan bantuan pembangunan rumah kurang lebih Rp 50 juta untuk tiap kepala keluarga.
“Tadi saya sudah bertanya kalau bangun lagi habisnya berapa, rata-rata Rp 50-an juta. Nanti akan dibantu per rumah kira-kira Rp 50-an juta dan akan segera ditindaklanjuti oleh Kepala BNPB, disupervisi oleh Kementerian PU, dan diawasi oleh Pak Gubernur serta Pak Bupati,” kata Presiden Jokowi.
Saat pemulihan bencana berjalan, kata Presiden, warga akan dibantu oleh Kodam setempat. Juga tenaga bantuan dari Mabes TNI, dan akan disupervisi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. “Saya kira ini kerja sama semua,” tutur Presiden Jokowi yang sedikit melegakan warga yang sedang berduka.
Presiden Jokowi memastikan bahwa penanganan terhadap sejumlah pendaki gunung yang saat gempa terjadi sedang berada dalam pendakian Gunung Rinjani telah dilakukan. Sejumlah tim dari berbagai lembaga pemerintahan telah melakukan evakuasi terhadap para pendaki itu.
“Yang di Rinjani sudah diproses kemarin oleh Basarnas, BNPB, dan TNI semua bekerja sama semoga nanti segera bisa selesai semua,” ujarnya.
Selepas melakukan peninjauan penanganan bencana di Desa Madayin, Kepala Negara beranjak ke desa lainnya dan melakukan peninjauan penanganan korban gempa di posko bencana yang berlokasi di halaman SD Negeri 1, Desa Obel-Obel, Kecamatan Sambelia. Menurut informasi yang bersumber dari Kepala Desa Obel-Obel, sebanyak 4 orang meninggal dunia karena gempa yang terjadi di wilayah itu.
Turut mendampingi Presiden dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo dalam peninjauan ini, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Kepala BNPB Willem Rampangilei dan Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi.
Untuk diketahui, pada Minggu, 29 Juli 2018, kemarin, Kepala Negara langsung memimpin rapat terbatas mengenai penanganan dampak bencana gempa begitu mengetahui terjadinya bencana itu. Rapat terbatas digelar di Bandar Udara Sultan Muhammad Kaharuddin Sumbawa, Kabupaten Sumbawa Besar.