JATENGPOS.CO.ID, SRAGEN- Proyek gedung serba guna Desa Peleman,Gemolong, Sragen, disoal,Senin (19/6). Pasalnya, muncul dugaan terjadi permainan dan monopoli pengadaan material. Pembangunan gedung serbaguna yang ditaksir mencapai anggaran Rp 900 juta ini menyedot seluruh Dana Desa (DD) Peleman. Tidak hanya itu, ditengarai
dugaan aliran dana yang mengalir ke Kades dan pelaksana kegiatan anggaran.
Kecurigaan dan sorotan warga Desa Peleman, Gemolong, Sragen setelah beberapa tahun belakangan, Pemerintah Desa hanya fokus pada pembangunan gedung serbaguna.
“Awalnya warga memang mendukung pembangunan gedung dimulai pekerjaanya sebelum pandemi covid-19. Tapi setalah pandemi, beberapa usulan warga mengenai peningkatan fasilitas infrastruktur tak ada kabar yang mengenakkan bagi warga dan pemerintah desa justru memfokuskan dana desanya untuk gedung saja. Padahal masih banyak sekali peningkatan infrastruktur di Peleman, mulai akses usaha tani, jalan penghubung antar kampung,” papar salah satu tokoh di Desa Peleman yang enggan disebut namanya.
Diungkapkan adanya dugaan permainan harga bahan bangunan dan indikasi aliran dana ke kades. Diantaranya, penyuplai pasir yang dari awal tidak barganti – ganti. Pekerja yang selalu berganti, namun pekerjaan di borong oleh salah satu perangkat desa.
“Dugaan kuat adanya casback ke pelaksana proyek, terungkap saat
salah satu sopir pernah ada yang cerita dimintain PKA (Pelaksana Kegiatan Anggaran), bebernya.
Lantas yang kedua, masyarakat Desa Peleman banyak yang berprofesi sebagai penyuplai pasir. Hanya saja, kenapa yang dipakai itu-itu saja. Anehnya juga pernah mendapati, pasir yang di kirim tak layak.
Ketiga, sudah beberapa kali ganti pemborong, tapi saat ini pemborongnya perangkat desa sendiri.
Selain itu, tidak adanya keterbukaan dalam penggunaan anggaran kepada masyarakat juga menambah kecurigaan warga terhadap tim pembangunan gedung serbaguna.
“Gaya hidup pelaksana kegiatan anggaran (PKA, red) sangat nyolok sekali, setelah mendapat amanah sebagai pelaksana pembangunan gedung dan sebelum jadi pelaksana sangat berbanding balik,” ungkap dia.
Sementara Kades Peleman Rajimin menjelaskan, pembangunan gedung serbaguna memang dimulai sejak tahun 2018 yang dikerjakan secara bertahap. Pembangunan itu juga telah disetujui seluruh lembaga yang ada di Desa Peleman.
“Selain itu tidak ada monopoli dalam pengadaan material. Bahkan material yang digunakan harus sesuai spek. Tidak sesuai langsung kita tolak. Sehingga tidak benar adanya sejumlah tudingan miring itu,” tandas Kades Rajimin membatah tudingan tersebut.
Menurut Kades Rajimin, meski saat ini masih fokus pengerjaan gedung serbaguna. Namun pembangunan infrastruktur lain tetap berjalan baik, seperti pembangunan talut jalan dan talut pertanian. Kemudian pengawasan stunting, PMT, BLT Desa. Semua jalan dukuh di 24 RT sudah di cor blok. Salah satunya pengerasan jalan di RT 19 Dukuh Tunggul sepanjang 135mx2.5mx10cm dan telah selesai dikerjakan. (ars)