JATENGPOS.CO.ID. SEMARANG- Banjir yang menggenangi Kelurahan Wonosari Kecamatan Ngalian, dan Kelurahan Mangkang Wetan, Mangkang Kulon dan Mangunharjo di Kecamatan Tugu, Jumat (9/2) malam diduga disebabkan oleh proyek pembangunan pemukiman warga dan kawasan industri yang tak terkontrol di bagian atas (hulu).
Akibatnya saat hujan deras kiriman air bah dari Semarang bagian atas sekitar Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngalian tak terhindarkan menghantam dua wilayah di bawahnya (hilir) yakni Kelurahan Wonosari dan tiga kelurahan di Kecamatan Tugu tersebut.
“Ini kiriman air dari atas, DAS kali beringin menyempit, curah hujan tinggi, dan wilayah atas banyak pemukiman, penyerapan air berkurang dan akhirnya sungai tak muat,” kata Heru Sukasdi, dari Kesatuan Siaga Banjir (KSB) Kelurahan Wonosari, Sabtu (10/2).
Tak hanya akibat daerah serapan air yang hilang akibat pembangunan di Semarang atas tak terkontrol yang menjadi biang keladinya. Dia bersama warga melihat, pendangkalan dan penyempitan DAS Beringin diakibatkan adanya material proyek jalan tol Batang – Semarang yang ikut terbawa aliran air hujan yang akhirnya ikut hanyut di DAS Beringin.
Akibatnya tak terelakan, tanggul di Kelurahan Wonosari Kecamatan Ngalian sebagai daerah DAS Beringin pertama yang dilalui air pun tak kuat menahan derasnya air. Tanggul jebol yang akhirnya ikut berimbas pada daerah Kelurahan Mangkang Kulon, Mangkang Wetan dan Mangunharjo di Kecamatan Tugu ikut terendam.
“DAS nya semakin dangkal, akibat banyak material, tak biasanya. Kami duga ini dari material proyek jalan tol Batang – Semarang yang melintas di wilayah Semarang atas sekitar Ngaliyan, Beringin dan Mangkang,” katanya.
Apalagi proyek jalan tol tersebut juga membelah hutan, dan membelah Sungai Beringin otomatis turut menghilangkan kekuatan resapan air dari area hutan yang hilang itu.
“Kali DAS harus diperlebar dan perdalam. Saat ini hanya 20 meter, kedalaman 4-5 meter, terjadi pendangkalan terus. Banyak material dari jalan proyek tol masuk sungai,” ungkapnya.
Dia berharap, Pemkot Semarang atau Provinsi Jateng segera melebarkan DAS Beringin. Menjadi ukuran normal untuk meminimalisir terjadinya terjangan air jika terjadi hujan deras di bagian atas.
“Kami was-was, karena hanya bisa menahan dengan kantung pasir saja dan pasti itu jebol jika hujan deras. Wajarnya DAS lebar 40 meter dengan kedalaman 10 meter, untuk meminimalisir banjir,” katanya.
Camat Tugu Anton Siswantoro meminta DAS Beringin dan DAS Plumbon segera dinormalisasi seperti yang disampaikan Walikota Semarang beberapa waktu lalu. Terkait adanya dugaan material proyek tol di bagian Semarang atas yang ikut andil dalam penyempitan dan pendangkalan DAS, pihaknya berharap pengelola proyek bisa mengelola manajemen material sebelum masuk aliran sungai.
“Kami himbau pengelola proyek tol segera membersihkan material sebelum masuk ke sungai, malah kami harap ada penyaringnya. Harapan saya itu, Karena tanggul di Wonosari jebol akibatnya tanggul di daerah kami juga jebol. Biasanya yang tidak kena, kini kena, Jalan Kuda itu biasanya tidak kena, ini bisa sampai 2 meter,” paparnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Semarang, Izwar Aminudin, mendorong pemerintah pusat segera melakukan proyek normalisasi DAS Beringin. Hal ini mendesak karena dalam satu tahun sudah diterjang beberapa kali bencana banjir.
“Setahun sudah beberapa kali banjir. Kita disini baik para pemberi bantuan sudah mblenger, para pekerja tenaga sosial juga mblenger, baru dibersihkan, dibangun sudah banjir lagi. Ini mendesak dinormalisasi,” tandasnya.
Pihaknya juga menyarankan agar ada sinergi antara pemerintah dan pihak swasta pemilik pengembangan lahan di bagian atas (hulu) untuk memperhatikan manajemen air.
“Daerah atas harus hati-hati dalam pengembangannya, biar bagaimanapun sepintar apa pun manajemen air dilakukan, tapi selama pembangunan berjalan di hulu tanpa pengendalian akan susah itu. Apalagi curah hujan cukup tinggi, air harus dilepas pelan-pelan,” katanya.
Terkait temuan warga adanya material proyek jakan tol yang mengakibatkan sedimentasi dan penyempitan DAS Beringin, Izwar belum bisa mengklaim secara langsung sebagai salah satu penyebabnya.
Dia menilai jika proyek jalan tol yang memakan lahan serapan air berupa hutan di bagian hulu secara otomatis memang akan mengurangi kapasitas daya tampung air.
“Saya belum bisa mengklaim langsung proyek tol itu ikut andil penyebab banjir, saya orang enginer jadi saya harus tahu hitungan mereka seperti apa. Tapi yang saya katakan bahwa setiap perubahan fungsi lahan akan mempengaruhi debit air di kawasan bawah di hilir,” pungkasnya. (aam/muz)