Puluhan Daerah Alami Kekeringan Rukma Berharap Tak Menjadi Bencana

KEKERINGAN: Ketua DPRD Jateng Rukma Setyabudi (ketiga dari kanan) dalam acara Wedangan dengan tema 'Kekeringan Janganlah Menjadi Bencana' di Studio I Stasiun TVRI, Pucang Gading Demak, Rabu. (dok.humas dprd jateng)

JATENGPOS.CO.ID, DEMAK – DPRD Jateng berharap pihak terkait bisa mengatasi masalah kekeringan yang terjadi di berbagai daerau sekarang ini. Apalagi sejumlah daerah juga kekuarangan air baku.

Hal itu disampaikan Ketua DPRD Jateng, Rukma Setyabudi dalam acara Wedangan di TVRI Jateng, Rabu (24/10), dengan tema “Kekeringan Jangan Menjadi Bencana”.

Pasalnya, kekeringan selama ini sudah menjadi persoalan tahunan bagi Jateng.

“Karena, dampaknya bisa menyusahkan masyarakat yang tidak bisa menikmati air bersih. Harapan kami, pihak-pihak terkait bisa mengatasi masalah kekeringan panjang yang sekarang terjadi di Jateng,” ungkap Rukma Setyabudi.

iklan

Tampil sebagai pembicara selain Rukma Setyabudi juga Pjs. Direktur Teknik PDAM Tirta Moedal Kota Semarang Kumbino, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana Ruhban Rizziyatno dan Kasi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Semarang BMKG Iis Widya Harmoko.

Baca juga:  Patuhi Prokes Covid-19, Jumlah Desa Zona Merah di Kudus Semakin Berkurang

Menanggapi hal itu, Pjs. Direktur Teknik PDAM Tirta Moedal Kota Semarang Kumbino mengakui pihaknya sampai sekarang terus berupaya memproduksi air baku bagi pelanggan. Salah satu upayanya dilakukan dengan memproduksi air baku dari Waduk Jatibarang.

“Kami masih berupaya sehingga nanti pada 2021 dapat mengaliri air baku dari Waduk Jatibarang. Saat ini, kami masih mempersiapkan instalasi jaringannya,” kata Kumbino.

Ia mengakui realisasinya cukup lama karena teknis pelaksanaan dikerjasamakan dengan pihak swasta. Namun, pihaknya tetap berupaya ada percepatan dalam program tersebut.

Sementara, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana Ruhban Rizziyatno mengatakan selama masa kekeringan ini kondisi air di 17 aliran sungai (wilayah Pemali-Juana) di Jateng masih cukup baik. Kondisi tersebut masih bisa dimanfaatkan masyarakat sebagai air baku dan pengairan areal persawahan.

Baca juga:  Musrenbang 2019: Pertumbuhan Ekonomi Jadi Isu Utama

“Idealnya, tiap-tiap sungai ada upaya penyelamatan hulu sungai dengan melibatkan masyarakat di sekitarnya. Dengan begitu, upaya itu DAS (daerah aliran sungai) dapat terpelihara sehingga meminimalisir bencana, baik kekeringan maupun banjir,” jelas Ruhban.

Soal musim kemarau panjang, Kasi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Semarang BMKG Iis Widya Harmoko mengakui seharusnya musim tersebut sudah lewat tapi kini terjadi fenomena yang menyebabkan masa kekeringan menjadi lebih panjang. Memang, beberapa wilayah sudah diguyur hujan tapi tetap tidak merata.

“Sebagai contoh di Wonogiri, ada tiga daerahnya yang masih mengalami kekeringan. Diprediksi, November musim hujan cukup merata,” kata Iis.

Purwito dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng mengatakan bencana kekeringan sudah melanda 30 kabupaten/ kota. Dari angka itu, ada 277 kecamatan dan 800 desa terkena dampak kekeringan.

Baca juga:  Ratusan ASN dan Belasan Pejabat Ikut Rapid Test

“Kami berupaya memberikan bantuan, bekerjasama dengan pemkab/ pemkot, memberikan air bersih,” ucap Purwito.

Selain minimnya air baku, lanjut dia, bencana kekeringan juga mengakibatkan munculnya kebakaran hutan dan lahan. “Upaya kami jika terjadi kebakaran yakni pemadaman api dari udara dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya kebakaran saat masa kekeringan berlangsung,” tambahnya. (adv/ahm)

iklan