
JATENGPOS.CO.ID, SOLO – Siapa tidak kenal raja kuliner asal Solo Puspo Wardoyo? Lama tidak terdengar kabarnya, pria yang dikenal dengan poligaminya itu, kini malah sukses melebarkan bisninya hingga Arab Saudi.
Tidak hanya itu, dia juga tetap sukses menjalani poligami dengan empat istrinya. Ditemui JatengPos TV dalam program Podcast Poligami bersama Bapak Poligami Indonesia, Puspo, panggilan akrabnya tanpa tedeng aling-eling menceritakan kisah suksesnya dalam menjalani rumah tangga poligami.
Sampai saat ini dia hidup bahagia dengan empat istrinya. Yang pertama dengan Rini Purwanti di Medan. Kedua dengan istrinya Ita Yuli Agustina di Semarang, ketiga dengan Anita Visera di Bandung, dan keempat dengan Nur Annisa di Jakarta. Dari keempatnya dia dikaruniai 17 anak dan 9 cucu.
Dia juga berkisah bagaimana poligami itu adalah ibadah yang harus didukung kaum wanita.
“Poligami itu harusnya didukung kaum wanita. Kenapa? Karena poligami itu mengangkat derajat kaum wanita,”kata owner WongSolo Group itu.
Dengan poligami, akan banyak wanita yang terselamatkan dari fitnah karena tidak punya suami. Dengan makin banyaknya jumlah wanita di akhir zaman, secara sunatulloh sangat logis jika laki-laki berpoligami.
“Karena sunatullohnya wanita itu harus dipimpin seorang laki-laki, maka wanita harus bersuami. Apa lagi di akhir zaman kelak jumlah wanisat 50 berbanding 1 dengan laki-laki. Maka agama membolehkan jika laki-laki berpoligami atau beristri lebih dari satu,”katanya.
Tetapi memang, katanya, poligami itu tidak hanya soal nafsu atau beristri banyak. Tetapi soal kepemimpinan. Seorang pria harus mampu menjadi pemimpin terlebih dulu sebelum berpoligami. Dalam bahasa agama harus mempunyai kepemimpinan yang solih, adil, dan mampu memberi nafkah.

“Pemimpin yang baik atau suami solih harus mampu memimpin istri-istrinya untuk taat kepada Alloh, beraklak yang baik, harus melindungi, berlaku adil, dan memberi nafkah,”pesan Bapak Poligami Indonesia ini.
Adil menurutnya tidak harus sama. Tetapi menjalankan kesepakatan diantara istri-istrinya. Begitupun nafkah. Tidak harus kaya. Tetapi ada nafkah yang cukup baik lahir maupun batin.
“Saya punya teman tidak kaya, hanya jualan kupluk (kopiah), tapi punya empat istri hidup damai dan bahagia. Kenapa? Karena saling mendukung poligami ini. Bahkan istri-istrinya ikut bekerja ada yang jadi guru tidak masalah untuk mendukung ekonomi bersama,”imbuhnya.
Poligami menurut Puspo juga bukan hanya kebutuhan laki-laki. Tetapi kebutuhan bersama dengan kaum wanita.
“Wanita solihah paham akan hal itu, sehingga wanita malah tersinggung jika poligami dibilang hanya kebutuhan laki-laki. Semuanya butuh.”
PUSPO WARDOYO: Poligami Tidak Perlu Ijin, Tetapi Minta Maaf
Karena poligami soal kepemimpinan, maka Puspo mengibaratkan kepemimpinan harus dibagi-bagi. Jika sudah sukses dengan istri pertama, harus pindah tugas kepada wanita barikutnya alias berpoligami.
“Poligami juga seperti francise dalam usaha. Harus sukses satu dulu. Setelah itu baru buka cabang atau difrancise,”katanya.
Puspo juga menjelaskan, poligami tidak perlu ijin isteri pertama. Tetapi hanya cukup meminta maaf.
“Sebab kalau ijin, sampai kiamat pun kebanyakan wanita tidak mengijinkan. Padahal dibolehkan agama. Artinya, ya sudah berpoligami saja dulu, jika nanti ketahuan kita meminta maaf,”jelasnya.
Dengan meminta maaf, katanya, akan lebih bisa diterima oleh istri pertama daripada ijin langsung. Karena sifat wanita itu tidak mau apa adanya. Wanita lebih suka “dibohongi” daripada apa adanya.
“Karena itulah Nabi mengajarkan kepada kita, jika istri kita masak tidak enak jangan dibilang tidak enak. Bilanglah enak saja, supaya tidak kecewa. Coba kalau kita bilang tidak enak, pasti marah. Begitupun poligami, jangan bilang apa adanya. Kalau ketahuan kita minta maaf saja,”jelasnya.
Apa yang dikatakan itu, menurutnya juga pesan istri pertamanya. Waktu Puspo Wardoyo belum sukses dulu, istrinya berpesan jika kelak poligami jangan ijin kepadanya. Sebab sebagai wanita dia tidak siap memberikan jawaban.
“Nah, setelah ketahuan saya poligami, dia tanya kepana mas kok ga bilang, saya jawab aku tidak tega mengatakan kepadamu dik, karena kamu pasti sakit hati. Aku takut kehilangan kamu. Karena itu saya memunta maaf atas semua ini,”begitu kata pemilik 230 outliet rumah makan di Indonesia, Malaysia, dan Arab Saudi ini. (jan)