Raih Omzet Rp 100 Juta, Petani Milenial Raup Untung dari Budidaya Bawang Merah

SUKSES : Andika Saputra, asal Klaten, menunjukkan kesuksesannya sebagai petani milenial. Foto : Cahya Indrawan/Jateng Pos

JATENGPOS.CO.ID, KLATEN – Seorang pemuda asal Desa Ngemplak, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah sukses menjadi petani dengan membudidayakan bawang merah.

Tak tanggung-tanggung, omzet yang didapat mencapai puluhan juta hingga seratus juta rupiah.

Andika Saputra, pemuda berusia 28 tahun, menunjukkan kesuksesannya sebagai petani milenial.

Merintis sejak Mei 2020, kini Galih sukses menjadi petani bawang merah.


Sebelum terjun ke dunia pertanian, Galih merantau dan bekerja di salah satu hotel berbintang di Jakarta.

Namun, kondisi sektor ekonomi terpuruk gara-gara pandemi covid 19 membuat dunia perhotelan juga terkena imbasnya.

Karena kondisi hotel sepi, membuat dirinya dirumahkan hingga waktu yang tak ditentukan.

Dengan tekad bulat, dirinya memberanikan diri pulang kampung setelah tujuh tahun merantau.

Baca juga:  BAF Gelar Rangkaian CSR Penghijauan dan Pendidikan 2021 Serentak di 18 Kota

Sesampainya di kampung halaman, dengan modal Rp15 juta dari uang tabungan selama bekerja di Jakarta, Galih langsung terjun ke sawah.

Galih mempraktikkan ilmu bercocok tanam bawang merah yang ia pelajari dari teman serta internet pada lahan milik orangtuanya seluas 1600 meter persegi.

“Dulu saya kerja di hotel di Jakarta. Terus adanya pandemi saya memutuskan ke Klaten dan saya tertarik di bidang pertanian dan saya memutuskan untuk menanam bawang merah,” ujarnya, Minggu(26/9).

Selama proses perawatan dikerjakan sendiri oleh Galih. Suka duka dia lalui hingga sekitar dua bulan kemudian bawang merah jenis tajuk (singkatan Thailand Nganjuk) memasuki masa panen.

Pada panen perdana ini bisa laku Rp45 juta. Alhasil, pendapatan bersih yang bisa dia peroleh mencapai Rp25 juta dalam sekali panen.

Baca juga:  Mahasiswa UMP Kembangkan Permen Anticorona dari Bawang Merah

Dalam setahun ini, Galih sudah bisa memanen bawang merah sebanyak enam kali dan memiliki keuntungan puluhan hingga Rp100 juta.

“Sejak bulan Mei 2020 hasilnya lumayan. Awal mula itu modal Rp15 juta dan sudah lima atau enam kali panen. Kemarin saya keseluruhan Rp15 juta itu sudah tanam sampai finishing. Pertama kali untung sekitar Rp25 juta,” ujarnya.

Galih membuktikan bahwa menjadi petani itu menyenangkan dan menguntungkan kalau didalami dengan sungguh-sungguh.

Kesuksesan Galih menjadi petani milenial ini telah membantu perekonomian keluarga.(aya/rit)