‘Raja-Ratu’ Sejagat Tersangka

Polda Paparkan Modus Penipuan

Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel (keempat kiri) menjelaskan tentang kasus Keraton Agung Sejagat di Purworejo dengan dua tersangkanya, Totok Santosa (kelima kiri) dan Fanni Aminadia (ketiga kiri), saat konferensi pers di Mapolda Jateng, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (15/1/2020). Menurut Kapolda Jateng, kedua tersangka memiliki motif untuk menarik dana dari masyarakat dengan menggunakan tipu daya melalui simbol-simbol kerajaan dengan harapan kehidupan akan berubah. ANTARA FOTO/Immanuel Citra Senjaya/tom/hp.

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – ‘Raja’ dan ‘ratu’ Keraton Agung Sejagat, Toto Santoso (42) dan Fanni Aminadia (41), resmi ditetapkan menjadi tersangka setelah ditangkap Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Tengah di luar keratonnya di Purworejo. Keduanya dijerat dengan pasal penipuan dan keonaran.

“Dari aspek yuridis yang menjadi bidang kami, kami sudah menemukan bukti permulaan yang cukup untuk meningkatkan tahap ke penyidikan. Tanggal 14 (Januari) kemarin sudah ditetapkan tersangka,” kata Kapolda Jawa Tengah Irjen Rycko Amelza Dahniel saat jumpa pers di Mapolda Jateng, Semarang, Rabu (15/1).

Rycko menyebut pihaknya sudah menemukan alat bukti yang cukup untuk menjerat keduanya. Bukti tersebut di antaranya motif menarik uang dari masyarakat dan simbol-simbol kerajaan palsu.

“Bukti permulaan yang kami temukan adanya motif untuk melakukan menarik dana dari masyarakat, iuran, dengan cara-cara tipu daya dengan menggunakan simbol-simbol kerajaan, menawarkan harapan baru, sehingga orang tertarik menjadi pengikutnya,” jelas Rycko.

Sebelum menetapkan tersangka, polisi juga sudah mendalami aspek historis hingga sosiologis masyarakat tentang keberadaan Keraton Agung Sejagat itu. Polisi juga bekerja sama dengan akademisi untuk mendalami Keraton Agung Sejagat itu.

“Tentunya dengan kejadian ini saya minta masyarakat menjadi jelas di wilayah hukum Kepolisian Daerah Jateng, tindakan Polda Jateng sudah tepat dan tegas supaya tidak bertambah di wilayah lain,” harapnya.

Rycko mengatakan pengikut Raja Keraton Agung Sejagat, Totok Santosa menjanjikan jabatan dan gaji kepada pengikutnya. Namun para anggotanya terlebih dulu menyetor uang pendaftaran. Besarannya Rp 3 juta hingga Rp 30 juta.

“Mendaftar itu menyerahkan uang. Ada Rp 3 juta, Rp 20 juta, bahkan Rp 30 juta,” katanya.

Setelah itu, sang ‘raja’ Toto Santoso (42) menjanjikan jabatan dan gaji besar kepada para anggota ‘kerajaan’-nya itu. “Mereka diiming-imingi jabatan tinggi dan gaji besar dalam dolar. Ini penipuan publik,” pungkasnya.

Untuk meyakinkan pengikutnya, kata dia, Totok melengkapi dirinya dengan dokumen palsu, termasuk kartu dari PBB untuk meyakinkan bahwa dirinya memiliki kredibilitas sebagai seorang raja.

Ia menyebut ada sekitar 150 orang terpengaruh dan akhirnya menjadi pengikut Totok.

Menurut dia, tersangka Totok menjanjikan jika ikut Keraton Agung Sejagat akan terbebas dari malapetaka dan bencana dan kehidupan yang lebih baik.

“Kalau tidak mengikuti akan mendapat bencana, malapetaka,” katanya.

Toto yang berperan sebagai raja dan Fanni yang menjadi permaisurinya kini dijerat pelanggaran Pasal 14 UU RI No 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana, ‘barang siapa menyiarkan berita atau pemberitaan bohong dengan sengaja menerbitkan keonaran di kalangan rakyat’ dan/atau Pasal 378 KUHP tentang Penipuan.(ant/udi)